Basmalah

Basmalah

Minggu, 12 Maret 2017

Buah dari Pahitnya Modernisasi

Oleh : Tiorivaldi

Segala hal itu mudah. Pergi ke lokasi yang ingin dituju saja hanya tinggal memegang stir dan menginjak pedal sebuah kendaraan tanpa harus menggunakan anggota gerak tubuh secara optimal atau bahkan hanya tinggal duduk manis di kendaraan lalu membayar kepada pihak berwenang maka tempat dimanapun yang di inginkan bisa saja tercapai.

Berinteraksi dengan orang lain itu mudah. Tinggal menggunakan sebuah alat elektronik lalu menggerakan jari sudah bisa berinteraksi kepada siapapun yang diinginkan tanpa harus menatap satu sama lain dan bercakap menggunakan alat pengucap.
Tetapi perlu di ingat kembali, hampir atau mungkin segala hal yang memiliki keuntungan pasti memiliki kerugiannya juga. Dalam satu pihak dapat memberikan kemudahan dan keuntungan, tetapi di pihak lain bisa merendahkan bahkan menghancurkan suatu aspek. Ketika kita sudah terbiasa naik ke lantai atas menggunakan lift, coba di hari esok naik tangga kira-kira mau gak ? Pasti kebanyakan akan merasa malas, dan itulah salah satu dampak buruk yang langsung kita rasakan.
Dalam bidang kesenian. Semakin berkembangnya zaman maka semakin mudahnya untuk menciptakan hasil kesenian. Tetapi juga semakin merendahkan dan mengurangi eksistensi kesenian. Kesenian yang dulunya bernilai tinggi dan dibesar-besarkan, tapi kini mulai terasa biasa dan bernilai rendah. Kesenian yang dulu dihasil dan diciptakan para seniman bisa menguak uang senilai jutaan hingga milyaran dalam satu lukisan. Kini bisa kita dapatkan dengan harga ribuan, bahkan gratis dengan cara mengklik tombol unduh di layar monitor.
Dalam bidang sosial. Kita bisa dengan sangat mudah berinteraksi seperti yang ku paparkan di awal tulisan. Tetapi rasa sosial bermasyarakat semakin berkurang. Dulu saya pernah di nasihati oleh salah satu teman saya, kurang lebih dia berkata seperti ini, "Hee pak, udah dulu lah main HP itu. Ada kawanmu disini masih bisanya main HP." Awalnya saya cuek saja tetap bermain HP. Tetapi setelah sudah lama berpikir, ternyata benar-benar terbukti. Beberapa hari kemudian dia membalas perbuatanku yang lalu dengan bermain hp. Wah, rasanya memang sangat kurang membahagiakan, serasa ramai dalam bentuk jasad tetapi serasa sepi dalam bentuk ruhiyah. Ada dampak lebih parahnya lagi selain tadi, ada saat ini istilah NEET (Not Employment, Education), kalau di jepang ada istilah namanya hikikimori dan otaku. Istilah-istilah tersebut digunakan pada mereka yang tidak mau atau mengurung diri dari bersosial bermasyarakat. Penyebabnya tidak lain salah satunya adalah karena perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Para orang NEET tidak punya keinginan atau hasrat untuk mencari pekerjaan, kehidupannya masih ketergantungan dengan orang tuanya. NEET tipe hikikimori (di jepang), lebih senang untuk mengurung diri di rumahnya dan asik2 dengan bermain konsol game. Dan OTAKU tidak kalah buruknya, bahkan bisa lebih buruk dari kedua hal sebelumnya. Biasanya para OTAKU ini cukup mudah untuk di identifikasi. Tinggal lihat saja kamarnya, kalau penuh dengan hal-hal yang berkaitn dengan anime dn manga (istilah dalam kartun dan komik di jepang), maka kemungkinan besar orang tersebut adalah OTAKU. Ada para OTAKU yang senang atau cinta dengan layar monitor. Pengertian lebih tepatnya adalah mencintai program yang berada di monitor yang memunculkan sosok karakter anime. Dari hal itu, ada orang yang membandingkan sosok kartun tersebut dengan manusia, dan merasa sosok kartun tersebut lebih baik dan lebih menyejukkan dibandingkan dengan manusia. Sehingga dengan pikiran seperti itu tidak heran sampai ada yang menikahi sosok kartun di layar monitor tersebut.
Dan masih banyak lagi dampak dari modernisasi dalam bidang lainnya.
Satu contoh lagi yaitu dalam bidang keagamaan (Islam).
Hayati hal ini "Makanan udah siap nih, foto dulu !!! (cekrek)". Hei kakak-kakak, adik-adik, dan teman-teman yang saya mahabbah fillah (cintai karena Allah), kalau makanan sudah siap itu dimakan, bukan difoto terus "ah, upload di sosmed deh", terus buat status "gi maem ayam bakar niech di pucuk menara eiffel".
Wah orang sekarang keren ya, do'a makannya udah diganti dengan foto. Toh sama kok, sama-sama mengangkat kedua tangan. Hanya saja versi barunya mengangkat kedua tangan buat pencet tombol "ambil foto".
Sekarang juga do'a ada versi baru nih, buka sosmed terus tinggal ketik do'a apapun di kotak status yang sudah di sediakan, misal "Ya Tuhan, semoga tahun ini menjadi lebih baik". Aamiin ya Allah Aamiin, semoga saja sampai tujuan. Tapi saya sering berpikir juga dan pengen rasanya bertanya kepada pelaku perbuatan seperti itu, "Kira-kira Allah pakek hp gak ya ?" Pasti orang itu bakal mengatakan, "Ya gak mungkin lah". Lah ya terus kenapa anda do'a di sosmed kalau anda sendiri mengatakan tidak mungkin ? Pengen dilihat orang lain ? Atau biar dikira orang alim ? Atau memang di zaman modern gini, itu aturan syar'i terbaru dalam berdo'a.
Maka coba renungkan kembali saudara-saudaraku, cobalah untuk mengurangi penggunaan hal-hal yang bersifat modern terlebih kepada teknologi. Gunakan saja apa yang sekiranya benar-benar perlu untuk kita gunakan. Ketika saudara-saudara menganggap chatting dengan lawan jenis, itu berbeda dengan interaksi berdua secara langsung. Maka perlu diketahui lagi, bahwa salah satu hal kenapa kita tidak boleh berdua dengan non muhrim adalah untuk penjagaan hati. Ketika kita mengucapkan kata manis di depan non muhrim. Coba kita ucapkan di telpon seluler, apakah hati nya tidak tergerak ? Tentu saja akan berasa dan mengganjal dalam hati
Jika saudara-saudara merasa tidak punya cara agar tidak berkhalwat ? Gunakan saja grup sosial media sebagai wadah untuk berinteraksi dengan non muhrim. Atau jika hal tersebut sekiranya cukup bersifat privasi. Ajaklah orang yang kita percayakan, lalu membentuk grup tersebut. Memang terlihat rumit, tetapi InsyaAllah cara tersebut lebih mulia di sisi Allah SWT. Maka tidak ada kata berkhalwat lagi dalam penggunaan teknologi modern

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar