Basmalah

Basmalah

Selasa, 20 Juni 2017

Kupercayaimu dari hatimu bukan hatinya

Oleh : Tiorivaldi

Akhir-akhir ini saya semakin bingung dengan kondisi yang benar-benar terjadi dengan dunia saat ini, terlebih kepada para kaum muslimin. Apa yang benar-benar harus kuyakini untuk meraih jalan-Nya ? Dimana saya bisa mendapatkan-Nya ?
Semuanya sudah menganggap dirinya lah tempat untuk meraih-Nya. Setiap orang hanya belajar tentang orang lainnya dari diri orang lain bukan langsung berbicara kepada orang yang sedang dibicarakan itu. Seperti halnya orang-orang yang sedang ngerumpi/ bergosip tentang orang lain. Orang-orang yang mendengarkan akan langsung percaya dengan narasumber yang berbicara di hadapannya tanpa memastikan langsung dengan berbicara dengan orang yang dibicarakan. Memang belum tentu juga bahwasanya orang yang dibicarakan akan berkata jujur apalagi terkait pembicaraan keburukan dia. Tetapi landasan ini juga perlu untuk dipegang oleh masing-masing kaum muslimin. Seperti misalnya anda sedang berada di negara bagian barat, lalu lantas anda bertanya-tanya dengan mereka tentang agama Islam maka kurang lebih mereka akan mengatakan Islam adalah agama teroris, ekstrimis, fundamentalis, keras hukumnya, dan lain sebagainya. Jadi, mana yang bakal anda percayai, perkataan orang-orang barat atau isi hati agama Islam yaitu kitab Al-Qur'an dan As-Sunnah ? itulah perbedaan ilmu yang kita peroleh dari manusia dan dari Allah subhanahu Wata'ala. Jangankan hal-hal yang sejauh itu, bahkan ada banyak perbedaan-perbedaan Sirah Nabawiyah (Kisah perjalan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam) di setiap buku-buku masing-masing pengarang yang menulisnya. Namun bukan itu yang ingin saya bahas dan ungkapkan saat ini.
Saya akan coba analogikan dari tulisan Imam Hasan Al-Bana dalam bukunya "Risalah Pergerakan" walaupun sebenarnya yang dituju oleh Imam Hasan Al-Bana dalam analoginya tersebut agak sedikit berbeda dengan yang akan saya tuju. Ringkasnya seperti ini, Anda saat itu sedang berdua dengan teman anda sambil membaca sebuah buku, saat itu anda meletakkan buku di atas meja lalu anda pergi keluar sebentar dan anda lihat buku tersebut sudah berada posisi yang berbeda. Pasti hanya satu hal yang anda yakini kenapa hal tersebut bisa terjadi (misal ini dalam ruang tertutup yang tidak ku kaitkan dengan faktor alam), yaitu teman anda lah yang merubah posisi tersebut. Maka sama halnya anda saat ingin mendapatkan sebuah informasi, kenapa anda lebih percaya kepada hal yang belum memungkinkan hal tersebut kejadiannya daripada hal yang lebih memungkinkan. Saya tulis ini sedikit untuk menangkis pernyataan dari Ustadz Syafiq Reza Basalamah (Semoga Allah Subhanahu Wa ta'ala merahmatinya) yang menyatakan bahwa Al-Ikhawan Al-Muslimun adalah sumber dari adanya A-ISIS saat ini (kenapa saya tulis A-ISIS, karena saya tidak menganggap itu adalah perlakuan Islamic State [Negara Islam])
Setidaknya adakah data ilmiah yang dipaparkan oleh pak ustadz untuk membenarkan pernyataan tersebut selain hanya sekedar pernyataan secara penyimpulan saja ? Ya sudah paling minimal nih, coba paparkan dalam buku-buku Al-Ikhwan Al-Muslimun bahwasanya ada yang sedikit menyinggung tekait A-ISIS. Memang IM melakukan sebuah jihad, itu juga masuk dalam slogan mereka "Al jihad Sabiluna - Jihad adalah jalan perjuangan kami", tetapi mereka jelas yang dilawan adalah para misionaris barat. Hingga kematian Imam Hasan Al-Bana pun membuat orang-orang barat bergembira. Apakah itu yang disebut A-ISIS ? Bahkan A-ISIS sendiri menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kafir dengan cover dalam salah satu majalah mereka terbitkan yaitu "Murtad Broteherhood" yang awalnya adalah "Muslim Brotherhood". Apakah itu yang disebut A-ISIS ?
Sungguh saya sangat menyukai dakwah para jama'ah salafi, tidak lah ulama salafi membuat pernyataan dalam agama melainkan itu adalah Allah Subhanahu Wata'ala berfirman dan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, jika tidak ditemukan hal itu baru merujuk kepada ulama-ulama fiqih yang memumpuni dalam bidang tersebut. Banyak video dan tulisan para ulama salafi yang kudengarkan dan kubaca. Tetapi selama ini ada yang begitu mengganjal dalam hati saya selama menonton ceramah-ceramahnya. Kenapa saat dihadapkan dengan masyarakat-masyarakat muslim kalian begitu kerasnya, hingga tidak segan-segan ada yang menganggap perbuatan mereka sudah menjadikan mereka kafir ? Sedangkan saat ada yang bertanya tentang apakah permerintah indonesia thagut dan sejenisnya, kalian menjadi seorang yang lembut. Ada salah ustadz yang begitu keras disaat membicarakan tentang tahlilan, ziarah kubur, dan bid'ah-bid'ah lainnya yang kalian katakan. Tetapi saat ditanya tentang kepemerintahan, beliau malah berkata shalat, zakat, haji dan lainnya masih diperbebaskan dan dipermudahkan. Maka tidak mungkin ini diperkatakan sebagai pemerintahan thagut. Kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat saat ini karena dakwah belum sampai kepada mereka. Lantas kenapa tidak anda sampaikan kalau itu buruk ? Hal itu jugakan termasuk dalam hal dakwah ?
Nah, lihatkan begitu lembutnya kalau membicarakan tentang kepemerintahan. Tetapi saat yang dihadapan mereka adalah orang yang melakukan suatu perkara bid'ah, kalian dengan mudahnya mengkritiknya. Apakah kalian takut dipenjara kalau mengkritik pemerintahan, makanya hanya berani dengan masyarakat saja ? Jangankan begitu deh, apakah kalian pernah mengkritik perbuatan orang-orang non-muslim yang sudah jelas seharusnya lebih perlu kalian kritik dibanding dengan orang muslim yang tidak sejalan dengan anda ?
Sekiranya ayat berikut harus lebih direnungkan kembali :


Katakanlah : " Hai ahli kitab , marilah kepada suatu kalimat ( ketetapan ) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu , bahwa tidak kita sembah selain Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak ( pula ) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah " . jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka : " saksikanlah , bahwa kami adalah orang - orang yang menyerahkan diri ( kepada allah ) " (QS. Ali Imran [3] : 64)
Mungkin anda akan menyanggah saya dengan mengatakan bahwa ayat tersebut dituju kepada orang non-muslim. Tetapi jika kita cermati secara logis ayat tersebut. Maka itu pun cocok untuk dituju kepada umat Islam. Dr Zakir Naik sering mengatakan dalam ceramah umumnya "Marilah kita setuju mengikuti apa yang sama, apa yang berbeda akan kita diskusikan nanti"

Maka marilah selalu tabayyun terkait info-info yang kita terima. Carilah info yang benar-benar rasanya memberikan fakta yang lebih aktual dibanding hanya opini belaka. Cara termudah untuk mengetahui kebenaran akan suatu hal adalah dengan masuk kedalam ruang lingkupnya sehingga kita bisa mengetahui isi hati dari lingkungan tersebut. Jadi, pertanyaan lainnya untuk pak Ustadz Syafiq Reza Basalamah hafizhahullah yang saya hormati dan cintai karena Allah subhanahu Wata'ala, apakah anda pernah masuk kedalam jama'ah Ikhwanul Muslimin sehingga bisa menyatakan A-ISIS lahir dari organisasi Ikhwanul Muslimin ?
Memang sih kata beberapa sumber yang kubaca dengan sekaligus menunjukkan video nya langsung, bahwa salah satu ulama Ikhwanul Muslimin yaitu Syekh Yusuf al-Qaradhawi mengatakan al-Baghdadi dulunya seorang anggota Ikhwanul Muslimin hingga akhirnya dia keluar dari jama'ah dan mendirikan jama'ah yang saat ini mengaku menyandang nama Islam dalam bergeraknya yaitu A-ISIS. Hanya karena ia dahulunya berada di Ikhwanul Muslimin, lantas kita bisa beranggapan yang artinya A-ISIS lahir dari Ikhwanul Muslimin ? Tidak semudah itu pak, bahkan Imam Madzhab saling menggurui imam lainnya satu sama lainnya, Imam Hanafi adalah gurunya Imam Malik, lalu Imam Malik adalah gurunya Imam Syafi'i, dan terakhir Imam Syafi'i adalah gurunya Imam Ahmad. Tetapi mereka bisa menghasilkan fatwa yang berbeda-beda. Contoh lingkup nasiol pun ada, contohnya seperti HOS Tjokroaminoto yang merupakan guru dari Ir. Soekarno, Tan Malaka, Muso, Alimin, Semaoen, dan Kartosuwiryo. Tetapi apakah murid-muridnya menghasilkan pemahaman dan pemikiran yang sama ? Jelas kalau kita berbicara terkait sejarah, bahwa murid-muridnya tersebut mempunyai ideologi masing-masing. Semaoen, Muso dan Alimin menjadi seorang tokoh sosialis/komunis. Soekarno menjadi seorang tokoh nasionalis. Dan Kartosuwiryo menjadi seorang pemikir dan tokoh Islam. Padahal ilmu yang mereka peroleh pun sama kan ? Tetapi itulah manusia, masih memiliki kehendak dan keyakinannya masing-masing

Itulah sedikit tanggapan dari saya terkait perkataan dan pernyataan dari Ustadz Syafiq Reza Basalamah. Cobalah membaca buku-buku Ikhwanul Muslimin untuk mengetahui apakah yang anda katakan benar-benar sejalan dengan isi hati yang anggota Ikhwanul Muslimin tuangkan dalam buku-bukunya. Karena buku adalah tempat menuangkan ilmu-ilmu yang kita miliki ke dalam sebuah kertas sekaligus juga ada yang menggunakan buku sebagai media pengungkapan isi hati. Salah satunya seperti buku "Majmu'atu Rasail - Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin" merupakan hasil penggabungan dari penuangan ilmu dan pengungkapan isi hati Imam Hasan Al-Bana terkait Ikhwanul Muslimin yang cukup perlu kita pahami dan pelajari.

Wallahu a'lam Bish shawab

#Salam 4 Jari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar