Oleh : Tiorivaldi
Teruntuk kepada mahasiswa-mahasiswa muslim yang tergabung dalam organisasi-organisasi muslim di kampus maupun di luar kampus. Mungkin tidak senior untuk saya mengatakan dan menjelaskan berikut ini. Tetapi saya mencoba sebaik mungkin untuk memberikan pemahaman kepada yang belum mengetahui, bagi yang sudah paham menjadi semakin paham terkait capaian yang akan digapai oleh mahasiswa muslim yang tergabung kedalam organisasi kemusliman di dalam kampus maupun di luar kampus
Pada intinya saudara-saudaraku, capaian seorang aktivis mahasiswa muslim Universitas umum berbeda dengan capaian seorang yang menempuh pendidikan sejak dini dalam bidang keagamaan seperti pondok pesantren yang kemudian dilanjutkan masuk ke Universitas khusus dalam bidang keagamaan. Yang dimana kita mengetahui dengan cukup baik bahwasanya kebanyakan orang yang masuk ke dalam pondok pesantren akan mendapatkan input yang sangat mendasar hingga mencapai pemahaman secara fiqih, maka output dari semua itu dia akan menjadi seorang murabbi, ustadz, kyai, syeikh. Sedangkan, kita yang mungkin baru mendapatkan ilmu keagamaan di kampus (itupun hanya di organisasi keislaman), maka output yang akan kita dapat saat sudah menjadi orang mapan tidaklah dituntut untuk menjadi seorang ustadz, kyai, syeikh, maupun murabbi. Tetapi output yang melekat kepada diri kita semua yaitu menjadi seorang muslim pada tempatnya dan da'i dalam perlakuannya. Muslim yang ku maksud bukan hanya yang ada dalam kantong dompet, tetapi muslim yang dimaksud adalah menjalankan dengan sebenar-benarnya apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya dan juga memiliki pemahaman yang universal dalam menjalankan keislamannya. da'i dalam perlakuannya tidak harus mengajak dengan lisan yang diterima seseorang dengan indra pendengarannya saja, tetapi perilaku yang mencerminkan seorang muslim juga adalah mengajak dengan indra penglihatan.
Bila orang tersebut saat di kampus mengambil jurusan kedokteran, maka dia akan ditempa menjadi seorang dokter muslim. Bila yang diambil jurusan arsitektur, maka menjadi seorang insinyur muslim. Pada intinya ada tambahan muslim pada profesi yang dia lakukan seperti pedagang muslim, guru muslim, bupati muslim, politisi muslim, dan lain sebagainya.
Dengan begitulah dunia ini akan diwarnai dengan corak kaum muslimin yang berada di tempat/ profesinya masing-masing dan corak sekulerisasi akan berkurang bahkan bisa menghilang. Agar nanti tidak ada lagi yang namanya dokter, walaupun di dompetnya tertera dengan jelas dia adalah seorang muslim.
Itulah output sebenarnya seorang aktivis mahasiswa muslim yang bisa dikatakan berhasil dalam penempaannya, hanya perlu menambahkan kata muslim di belakang profesi yang akan dijalaninya. Pemahaman Islam secara universal memang sangat diperlukan dalam hal menciptakan manusia-manusia seperti ini. Bahwa Islam bukan hanya sekedar ibadah-ibadah saja, yang saat ini banyak orang memahaminya. Tujuan kita adalah menghilangkan sekulerisasi di muka bumi ini, hingga tidak ada lagi aspek ekonomi yang menggunakan sistem riba, aspek politik yang hanya di isi dengan orang-orang yang kurang punya asupan Islam di dalamnya. Doktrin yang sering di gaungkan oleh manusia-manusia sekuler saat ini salah satunya adalah politik merupakan sesuatu yang tidak bisa disatukan dengan Islam. Muhammad Elvandi sedikit menjelaskan dalam bukunya (Inilah Politikku) pada bab awal, "....dimana mereka (manusia-manusia sekuler) mengatakan bahwa politik itu jauh dari agama sejauh hitam dan putih. TidaK terbayangkan bila keduanya berpadu dalam diri seseorang atau kelompok. Jadi, Manusia selalu ada dua jenis, yaitu agamawan atau politikus; dan kelompok pun ada dua macam, yaitu kelompok agama atau kelompok politik. Haram bagi seorang yang beragama terjun ke dalam politik, sebagaimana haramnya seorang politikus mengurus agama... dan tidak ada dosa yang lebih besar daripada seorang beragama atau kelompok agama yang terlibat dalam urusan politik."
Nah, pemahaman yang seperti itulah yang membuat kita seharusnya ada saat ini. Jadilah seorang politikus muslim, sehingga arah kebijakan negeri ini bisa di ambil oleh orang-orang yang paham dengan hukum-hukum Allah subhanahu wata'ala. Jadilah seorang karyawan muslim ataupun pengusaha muslim, sehingga perusahaan-perusahaan yang melarang penggunaan jilbab pada karyawannya akan lebih berkurang dikarenakan banyaknya orang-orang seperti diri aktivis muslim yang masuk kedalam tempat-tempat mereka.
Intinya hanya satu output aktivis mahasiswa muslim, menjadi seorang muslim di segala tempat di bumi Allah Subhanahu wata'ala. Demi menghilangkan seseorang yang terlihat muslim di dalam rumah, tetapi berkepahaman sekuler di luar rumah
Terkait capaian kelompok, kembali kepada organisasi masing-masing. Maka diperlukan juga untuk memilah organisasi yang bisa membentuk pribadi-pribadi muslim
Wallahu a'lam bishshawab
Pada intinya saudara-saudaraku, capaian seorang aktivis mahasiswa muslim Universitas umum berbeda dengan capaian seorang yang menempuh pendidikan sejak dini dalam bidang keagamaan seperti pondok pesantren yang kemudian dilanjutkan masuk ke Universitas khusus dalam bidang keagamaan. Yang dimana kita mengetahui dengan cukup baik bahwasanya kebanyakan orang yang masuk ke dalam pondok pesantren akan mendapatkan input yang sangat mendasar hingga mencapai pemahaman secara fiqih, maka output dari semua itu dia akan menjadi seorang murabbi, ustadz, kyai, syeikh. Sedangkan, kita yang mungkin baru mendapatkan ilmu keagamaan di kampus (itupun hanya di organisasi keislaman), maka output yang akan kita dapat saat sudah menjadi orang mapan tidaklah dituntut untuk menjadi seorang ustadz, kyai, syeikh, maupun murabbi. Tetapi output yang melekat kepada diri kita semua yaitu menjadi seorang muslim pada tempatnya dan da'i dalam perlakuannya. Muslim yang ku maksud bukan hanya yang ada dalam kantong dompet, tetapi muslim yang dimaksud adalah menjalankan dengan sebenar-benarnya apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya dan juga memiliki pemahaman yang universal dalam menjalankan keislamannya. da'i dalam perlakuannya tidak harus mengajak dengan lisan yang diterima seseorang dengan indra pendengarannya saja, tetapi perilaku yang mencerminkan seorang muslim juga adalah mengajak dengan indra penglihatan.
Bila orang tersebut saat di kampus mengambil jurusan kedokteran, maka dia akan ditempa menjadi seorang dokter muslim. Bila yang diambil jurusan arsitektur, maka menjadi seorang insinyur muslim. Pada intinya ada tambahan muslim pada profesi yang dia lakukan seperti pedagang muslim, guru muslim, bupati muslim, politisi muslim, dan lain sebagainya.
Dengan begitulah dunia ini akan diwarnai dengan corak kaum muslimin yang berada di tempat/ profesinya masing-masing dan corak sekulerisasi akan berkurang bahkan bisa menghilang. Agar nanti tidak ada lagi yang namanya dokter, walaupun di dompetnya tertera dengan jelas dia adalah seorang muslim.
Itulah output sebenarnya seorang aktivis mahasiswa muslim yang bisa dikatakan berhasil dalam penempaannya, hanya perlu menambahkan kata muslim di belakang profesi yang akan dijalaninya. Pemahaman Islam secara universal memang sangat diperlukan dalam hal menciptakan manusia-manusia seperti ini. Bahwa Islam bukan hanya sekedar ibadah-ibadah saja, yang saat ini banyak orang memahaminya. Tujuan kita adalah menghilangkan sekulerisasi di muka bumi ini, hingga tidak ada lagi aspek ekonomi yang menggunakan sistem riba, aspek politik yang hanya di isi dengan orang-orang yang kurang punya asupan Islam di dalamnya. Doktrin yang sering di gaungkan oleh manusia-manusia sekuler saat ini salah satunya adalah politik merupakan sesuatu yang tidak bisa disatukan dengan Islam. Muhammad Elvandi sedikit menjelaskan dalam bukunya (Inilah Politikku) pada bab awal, "....dimana mereka (manusia-manusia sekuler) mengatakan bahwa politik itu jauh dari agama sejauh hitam dan putih. TidaK terbayangkan bila keduanya berpadu dalam diri seseorang atau kelompok. Jadi, Manusia selalu ada dua jenis, yaitu agamawan atau politikus; dan kelompok pun ada dua macam, yaitu kelompok agama atau kelompok politik. Haram bagi seorang yang beragama terjun ke dalam politik, sebagaimana haramnya seorang politikus mengurus agama... dan tidak ada dosa yang lebih besar daripada seorang beragama atau kelompok agama yang terlibat dalam urusan politik."
Nah, pemahaman yang seperti itulah yang membuat kita seharusnya ada saat ini. Jadilah seorang politikus muslim, sehingga arah kebijakan negeri ini bisa di ambil oleh orang-orang yang paham dengan hukum-hukum Allah subhanahu wata'ala. Jadilah seorang karyawan muslim ataupun pengusaha muslim, sehingga perusahaan-perusahaan yang melarang penggunaan jilbab pada karyawannya akan lebih berkurang dikarenakan banyaknya orang-orang seperti diri aktivis muslim yang masuk kedalam tempat-tempat mereka.
Intinya hanya satu output aktivis mahasiswa muslim, menjadi seorang muslim di segala tempat di bumi Allah Subhanahu wata'ala. Demi menghilangkan seseorang yang terlihat muslim di dalam rumah, tetapi berkepahaman sekuler di luar rumah
Terkait capaian kelompok, kembali kepada organisasi masing-masing. Maka diperlukan juga untuk memilah organisasi yang bisa membentuk pribadi-pribadi muslim
Wallahu a'lam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar