Basmalah

Basmalah

Minggu, 30 September 2018

Kuasa Kesahihan


Oleh : Tiorivaldi

Apa Itu Kesahihan ?
Menjadi pertanyaan yang sangat fundamental dalam suatu pertanyaan terkait kesahihan atau disebut juga kebenaran. Apakah jua dengan sesuatu hal yang secara inderawi saja sehingga kesahihan bisa diperoleh ? Atau kita memerlukan peran akal untuk menyatakan bahwa ini adalah sebuah kebenaran ? Atau perlu ditimbang kembali kebermanfaatan hal tersebut sehingga bisa dijustifikasi sebagai validitas tesis ?

Retorika dan dialektika pencarian kesahihan memang tidak pernah usai. Tak pernah kita memperoleh teropong yang kesahihannya bisa berlangsung “of all time”. Pada akhirnya apa yang dianggap sebagai kesahihan adalah sesuatu yang sedang diterima pada masa tersebut. Hal itu secara relativitas akan dilahap dengan “the next generation”. Dahulu yang dijelaskan sebagai kebenaran pada zaman yunani kuno, akan tertelan dengan zaman abad pertengahan. Yang dianggap kebenaran pada pada zaman abad pertengahan, jua terlahap pada zaman renaisans (dalam bahasa inggris disebut renaissance). Begitu seterusnya hingga paling terbaru pada zaman ini yang biasa disebut zaman kontemporer atau pos-modern.
Memang kita tidak diperkenankan, bahkan munafik hukumnya jika mengatakan zaman dahulu itu salah. Malah kebenaran bisa diperoleh secara kontinu karena ada perjalanan ilmu yang diambil dari historis keilmuan, semisal seperti ilmu al-jabar tidak akan pernah ada jika sebelumnya tidak pernah ada ilmu perhitungan (pertambahan-pengurangan-perkalian-pembagian)
Pengetahuan sebagai cara memandang dan menempuh kebenaran, yang dimiliki oleh manusia ada empat jenis, yaitu :
1.    Pengetahuan biasa
Merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan tanpa adanya analisa, intuisi yang panjang untuk memperolehnya. Pengetahuan ini memberikan jawaban dan argumentasi yang sama bagi setiap manusia.
Contohnya :
a) Air digunakan untuk membasahkan obyek, menghilangkan rasa dahaga
b) Api digunakan untuk membakar atau memanaskan obyek

2.    Pengetahuan ilmu
Jika di pengetahuan biasa diatas, tidak memerlukan adanya analisa, intuisi untuk memperoleh nya. Maka pengetahuan ilmu adalah kebalikan dari pengetahuan biasa, yang memerlukan analisa, penelitian, argumentatif, instuisi sehingga suatu bidang garap keilmuan bisa dinyatakan sebagai pengetahuan ilmu. Pengetahuan ini merupakan lanjutan dari pengetahuan biasa.
Contohnya :
a) Bidang ilmu alam, fisika, matematika, kimia, sosiologi, dan lain sebagainya
b) Air merupakan senyawa kimiawi yang terbentuk dari H2O

3.    Pengetahuan filsafat
Rigid (kaku) dan cakupan sempit adalah salah satu ciri pembeda antara pengetahuan ilmu dengan pengetahuan filsafat. Karena filsafat memiliki sifat yang flexible (longgar) dan cakupan nya lebih luas daripada pengetahuan ilmu. Jika pengetahuan ilmu pembahasannya lebih menekankan kepada deduksi (hal yang umum dijadikan khusus), maka pengetahuan filsafat lebih membahas kepada hal-hal yang induksi (hal yang khusus dijadikan umum)
Contoh pertanyaan yang mengandung nilai falsafi :
a) Apakah hakikat dari pengetahuan ini ? (Filsafat ontologis)
b) Apakah anda mengetahui pengetahuan itu ? (Filsafat epistemologis)
c) Apakah nilai dari pengetahuan tersebut ? (Filsafat aksiologis)

4.    Pengetahuan agama
Sejeli apapun bahkan hingga sampai pada intuitif dalam proses pencarian kebenarannya, tetap saja pengetahuan tersebut dijustifikasi sebagai kebenaran relatif. Hanya ada satu pengetahuan di dunia ini yang menampilkan kebenaran mutlak didalamnya, yaitu pengetahuan agama.
Kenapa pengetahuan agama dianggap sebagai kebenaran mutlak ?
Karena pengetahuan ini bersumber dari wahyu yang disampaikan Tuhan melalui perantaranya sehingga kebenaran yang diperoleh sudah bisa diyakini tanpa perlu melakukan analisa maupun berfalsafah untuk mencari nilai kebenarannya.
Contohnya :
a) Manusia diberikan perintah untuk melaksanakan ibadah shalat, puasa, haji, yang benuansa spiritual. Hal ini jika kita pandang lewat pendekatan filsafat pragmatisme, maka tidak akan memperoleh kebermanfaatan materiil nya
b) Akan adanya kehidupan setelah kematian dan hari akhir yang tidak dapat di analisa kebenarannya

Agen Kuasa
Kuasa yang dimaksud disini adalah kekuatan dalam berwenang atas sesuatu untuk menentukan sesuatu hal (dalam pembahasan kali ini, yaitu kekuasaan). Kuasa merupakan kemampuan untuk mengatur orang lainnya. Kuasa bisa berarti otoriter, jika kuasa tersebut hanya digunakan untuk kenikmatan nya pribadi. Namun, kuasa pun bisa berarti pelayan, jika kuasanya benar-benar digunakan untuk melayani manusia yang berada di dalam tanggungannya. Tidak pernah terjadi sebelumnya bahwa ada suatu entitas yang memiliki masa kekuasaan dan kejayaan yang abadi “....Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)....” (QS. Ali Imran : 140).
Seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun bahwa adanya siklus atau fase-fase, di mana peradaban lahir, tumbuh, berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya, kemudian mengalami kemunduran, hingga akhirnya mengalami keruntuhan sama sekali. Sama halnya dengan fase kehidupan makhluk hidup, kita beri contoh manusia. Manusia pada awalnya mengalami kelahiran di dunia, lalu tumbuh dari bayi, anak-anak, remaja, hingga pada masa puncak nya adalah pemuda (karena pada masa-masa ini seseorang memiliki waktu klimaksnya pada daya intelektual dan kekuatan tubuh yang ia miliki). Hingga ketika menjadi tua, tubuhnya mulai melemah kembali, dan daya ingatnya pun menurun. Dan terakhir mengalami keruntuhan dalam artian meninggal dunia.

Kesahihan sebagai Alat
Penulis dalam hal ini akan memberi cakupan pembahasan kepada ketiga bidang, yaitu agama, ekonomi dan politik. Karena bidang kebenaran ini lah yang biasanya memberikan pengaruh besar dalam sebuah entitas peradaban. “Kuasa” dalam judul yang penulis buat bermaksud untuk menjelaskan kekuasaan dan otoritas yang telah diciptakan dengan penggunaan nilai kebenaran. Ada beberapa dasar atau tolak pemikiran dari penulis sehingga menjelaskannya menggunakan ketiga bidang tersebut :
a)   Tanpa bermaksud untuk bersikap konservatif, dulu Muhamad Natsir pernah menyatakan: “Islam beribadah itu akan dibiarkan. Islam berekonomi akan diawasi. Islam berpolitik akan dicabut seakar-akarnya”
b)  Ketiga bidang tersebut yang paling memberikan dominasi terhadap kekuasan pada suatu negara bahkan pada suatu planet Bumi. (Hal ini akan coba penulis kumpas tuntas pada pembahasan dari setiap bidang tersebut)
c)    Perang dunia (World War) terjadi dikarenakan adanya keinginan atau kepentingan untuk menguasai bidang politik dan ekonomi dengan menggunakan kekuatan militer. Agama pun cukup turut serta dalam peperangan-peperangan yang terjadi pada masyarakat dunia, seperti perang salib, perang romawi, dan lain sebagainya. Dan ada kemungkinan besar akan munculnya perang dunia ketiga disebabkan oleh konflik keagamaan. Mulai pada saat ini sudah jelas dan terang bagaimana besarnya konflik tersebut.
Agama : Kekuasaan dalam Corak Wahyu
Agama dalam hal ini yang akan saya paparkan akan lebih condong kepada agama Islam. Dikarenakan ini adalah keyakinan yang dipegang oleh penulis serta keterbatasan ilmu yang dimilikinya
“Agama dan kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, maka yang lain tidak akan berdiri secara sempurna. Agama adalah pondasi sementara kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu tanpa adanya pondasi akan rusak dan jika tidak dijaga, ia akan hilang” (Imam Al-Ghazali)
Memang benar yang dikatakan oleh Imam Al-Ghazali bahwa agama tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa adanya security yang akan selalu menopang berdirinya sebuah agama. Agama islam pun berdiri semakin berjaya ketika memiliki kekuasaan untuk melakukan protektif terhadap segala gangguan yang melawannya.  Lebih daripada itu dengan adanya kekuasaan yang besar, agama bisa menampilkan eksistensinya sebagai kebenaran yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena seseorang tidak akan selalu percaya dengan kebenaran yang ada pada agama jika pada akhirnya ia tersampingkan dengan entitas peradaban yang ada pada saat itu. Kita akan menjelaskan secara historis kekuasaan agama Islam dalam kontribusinya menginvestasikan entitas peradaban. (Agama Islam sesungguhnya sudah muncul sebelum masa kenabian Rasulullah, akan tetapi pada kali ini kita hanya akan menjelaskan sejarah kekuasaan agama Islam pada masa kenabian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam)
a)    Zaman pra kenabian Muhammad
Di zaman ini, Mekkah adalah tempat yang tersampingkan dalam peradaban. Di saat itu peradaban berada di tangan Persia dan Romawi sebagai negara adidaya (superpower).
b)    Zaman kenabian Muhammad
Pada zaman ini (langsung saja meloncat pada Fathu Mekkah), peradaban Mekkah mulai dipandang, bahkan dianggap akan membahayakan di kemudian harinya. Sehingga Mekkah mulai menjadi entitas peradaban yang dipandang oleh dunia
c)    Zaman Khalifaur Rasyidin
Peradaban Islam di saat ini sudah banyak menjatuhkan bangsa Persia dan Romawi. Sehingga Islam hampir menjadi entitas peradaban yang mencapai puncak peradabannya
d)    Zaman Daulah Umayyah
Pada masa ini Islam mengalami masa keemasannya, masa dimana generasi terbaik Islam hidup bahkan di antara mereka menduduki kursi pemerintahan. Masa ini adalah masa dimana para sahabat Nabi masih hadir membimbing umat. Masa ini adalah masa berkumpulnya tiga generasi terbaik; sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in.
e)    Zaman Daulah Abbasiyah
Kekuasaan Islam bukan lagi berada pada teritori yang dimilikinya. Tetapi benar-benar memberikan kontribusi yang nyata bagi masa depan dunia. Bidang keilmuan sudah sangat banyak dikaji pada masa ini seperti filsafat, fisika, astronomi, dan lain sebagainya
f)     Zaman Daulah Utsmaniyah
Pada zaman ini kekuasan Islam tetap berkembang, akan tetapi pada zaman ini pula lah daulah Islam mulai runtuh dengan hadirnya Mustafa Kemal Attaturk. Mulai lah pada saat itu Islam tidak lagi menjadi pemimpin dari sebuah entitas peradaban.
Setelah kita mengetahui kekuasaan agama dalam meraut entitas peradaban. Kita akan sedikit mengulas kebenaran agama secara substansial. Seperti yang dijelaskan sebelumnya tadi bahwa agama adalah satu-satunya kebenaran yang bisa dikatakan mutlak, selain dari itu disebut kebenaran relatif.
Agama dikatakan sebagai kebenaran mutlak dikarenakan secara empiris, rasional maupun pisau analisa lainnya, agama yang bersifat metafisika tidak akan bisa diteliti. Namun, kebenaran yang difirmankan tersebut tanpa pembuktian sudah diyakini kebenarannya bagi pemeluk agama. Tetapi agama itu selain dikatakan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan (hubungan vertikal bottom-up) yang telah menciptakan manusia. Agama juga dikatakan sebagai pedoman hidup (minhajul hayah) dalam sosial-masyarakat (hubungan horizontal antar makhluk ciptaan-Nya).
Sifat komprehensif (non-sekularisasi) yang dimiliki oleh agama tersebut dapat dijadikan bahan penelitian juga terhadap kebenaran mutlak yang dimiliki oleh agama. Dr. Zakir Naik pernah menjelaskan bahwa di dalam kitab suci Al-Qur’an, substansi di dalamnya sudah 80% terbukti benar. Bukan berarti 20% nya itu salah, tetapi saya mencoba berprasangka baik bahwa ilmu pengetahuan pada zaman saat ini belum bisa membuktikan kebenaran yang ada di dalamnya.

Ada beberapa contoh fakta sains yang membuktikan esensi kebenaran dari kitab suci Al-Qur’an sebagai berikut :
1.    Sidik jari manusia
Pada abad 19 ditemukan metode sidik jari oleh Sir Francis Galton sebagai cara mengetahui identitas manusia. Digunakannya sidik jari sebagai keperluan pengenalan kembali identitas seseorang ini, ternyata sudah sejak 14 abad yang lalu dinyatakan di dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah : 3-4)
Maksud dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Yang Maha Kuasa bahkan mampu kembali menyusun jari-jemari seseorang yang berbeda-beda satu sama lainnya
2.    Teori Big Bang
Yang baru ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu ini pun sudah tercetus di dalam Al-Qur’an yang muncul sejak 14 abad yang lalu. Sekumpulan ilmuwan menjelas bagaimana jagat raya bisa eksis. Dan mereka menyebutnya dengan Big Bang yang pada awalnya ada satu nebula utama yang kemudian ada pemisahan sekunder (Big Bang) yang menciptakan galaksi, bintang-bintang, planet-planet dan bumi dimana kita hidup. Teori ini ada di dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
“Apakah orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu berpadu lalu kami pisahkan keduanya.” (QS. Al-Anbiyya : 30)
3.    Segala hal berpasangan
“Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasangan bagi yang kamu ketahui maupun yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yasin : 36)
Manusia, tumbuhan dan hewan semuanya berpasangan sehingga bisa memproduksi kelahiran baru. Sekarang ilmu pengetahuan menemukan bahwa bahkan listrik pun berpasangan, negatif dan positif. Hal itu juga untuk mengukuhkan bahwa hanya Tuhan Yang Maha Esa, terbebas dari adanya pasangan (tunggal)
Michael H. Hart seorang berkebangsaan Amerika Serikat, menulis buku fenomenal yang membuat eksistensi nya meningkat pada milieu (lingkungan) sosial-masyarakat. Buku tersebut diberi judul “The 100” (dalam bahasa indonesia, Seratus Tokoh yang Paling berpengaruh dalam Sejarah), dengan meletakkan seorang tokoh agama berada pada urutan pertama yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Ekonomi : Pasar Kuasa
Perekonomian merupakan media pemerkuat kekuasaan. Bahkan tanpa nya kekuasaan akan sangat sulit di peroleh, apalagi jika kita melihat kondisi dunia pada saat ini. Cina pada saat ini menjadi salah satu negara terkuat di dunia, dikarenakan cerdasnya dalam bermain pada milieu ekonomi. Yang menjadi perhatian penulis pada perekonomian dunia adalah terkait kapitalisme, sehingga penulisan ini akan lebih mengarah kepada kapitalisme.
Kapital di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai modal. Jika kita tambah imbuhan –is diakhir kata maka artinya menjadi kaum bermodal, orang yang bermodal besar. Lalu dengan akhiran –isme artinya menjadi sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yg modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pd modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas. Untuk mendapatkan modal tersebut, kapitalisme harus mendapatkan bahan baku dan mesin terlebih dahulu. Kemudian tenaga kerja yang akan memproduksi bahan baku dengan mengoperasikan mesin tersebut. Namun memang sangat diprihatinkan bahwa tenaga kerja (buruh) yang bekerja jerih payah tersebut hanya mendapatkan upah yang bahkan tidak cukup untuk memperoleh bahan-bahan pokok, seperti sandang, pangan dan papan. Itu merupakan salah satu siyasat agar para buruh tersebut tidak dapat lari dari pekerjaan tersebut, karena dibenak mereka akan tertanam, “jika aku keluar dari pekerjaan ini, lalu bagaimana aku akan makan dan menafkahkan keluarga ?”. Karena jika pekerja diberikan modal yang cukup tinggi, bukan saja uang dari pemilik modal akan berkurang, tetapi para pekerja bisa menggunakan modal tersebut untuk menciptakan usaha baru atau membeli mesin sebagai alat produksi.
Namun, sebenarnya kapitalisme tidak memiliki definisi yang universal, maksudnya masih ada perbedaan definisi dalam mengartikan kata kapitalisme itu sendiri. Ada yang menganggap kapitalisme adalah pemilik moda serta memperkerjakan buruh, dan ada juga yang hanya mengartikan kapitalisme. Bahkan ada juga yang disebut kapitalisme negara, karena sistem ekonomi dimana aktivitas ekonomi komersial (terutama untuk meraih untung) dipegang oleh negara, sementara alat produksi diorganisir dan diurus oleh wirausaha bisnis milik negara (termasuk akumulasi kapital, buruh upah, dan manajemen tersentralisasi). Sehingga dalam pengertian seperti itu kapitalisme tidak selalu melulu tentang modal individu.
Kapitalisme sifat murninya adalah perekonomian individu, yang hanya dimiliki oleh setiap-setiap individu. Sehingga dengan begitu perekonomian hanya akan mengalir pada tataran pribadi manusia, dan milieu nya tidak memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Pada borjuasi tersebut mendapatkan kesejahteraan dan kekuatan ekonomi dengan adanya pasar bebas tersebut. Dan pemerintah dalam suatu negeri dalam hal ini, tidak dapat berbuat banyak untuk ikut turut memperoleh keuntungan. Walaupun jika kita melakukan pengamatan terhadap hari ini, kapitalis dalam artian pemilik modal pribadi sudah muncul sebagai bentuk yang sudah diterima oleh masyarakat. Seperti misalnya toko-toko yang dijalankan oleh banyaknya orang pada saat ini, dengan modalnya pribadi lewat akun-akun media sosial yang mereka miliki. Kapitalis dalam hal seperti ini sudah menjadi akulturasi yang menyatu pada milieunya.
Yang masih menjadi musuh bersama bagi para penegak keadilan dan kesetaraan etika sosial saat ini, adalah mereka para pemilik modal yang sekaligus memberikan pengisolasian (pengucilan) terhadap masyarakat. Tan Malaka merupakan salah satu orang yang paling banyak mengkritik Kapitalisme yang mempekerjakan buruh dengan gaji yang hanya bisa digunakan untuk makan dan minum sehari-hari. Makanya Tan Malaka ketika pasca kemerdekaan Republik Indonesia tetap menyuarakan “Merdeka 100%” dengan persyaratan bagi Tan Malaka adalah 60% saham perusahaan & modal dan 100% teritorial dimiliki rakyat Indonesia.
Apakah nilai kebenaran yang bisa diperoleh dengan pasar produksi tersebut ?
Kita mengetahui bahwa setiap orang memandang kebenaran dan kebaikan yang berbeda-beda. Ada yang memandang kebaikan sebagai menafkahkan keluarga, membantu sesama, menciptakan kebahagiaan setiap orang, dan sebagainya. Ada juga yang menetapkan bahwa konsep yang benar terlihat dari produk-produk praktisnya yang berguna dalam dunia pengalaman (Filsafat madzhab Pragmatisme). Dengan begitu kapitalisme yang menciptakan produk-produk praktis yang diperoleh dari mesin merupakan salah satu contoh dalam melakukan kebenaran bagi madzhab pragmatisme. Karena mereka telah menciptakan sesuatu yang dianggap benar oleh banyak masyarakat, walaupun kebenaran tersebut dijadikan sebagai modal pasar. Dans juga jika kita pahami lebih dalam, kebenaran saat ini sudah diperjualbelikan. Sehingga mereka yang memiliki modal lah yang bisa memegang kebenaran sekaligus kekuasaan.

Politik Etik
Politik dijelaskan sebagai segala urusan dan tindakan untuk mengatur ketatanegaraan (seperti sistem pemerintahan, dasar negara). Sehingga tidak perlu untuk dijelaskan lebih jauh lagi tentang hubungan kekuasaan dengan politik. Maka, penulis akan memaparkan sedikit tentang etika dalam politik dengan ditandai nilai kebenarannya
Ikhwal kebenaran dalam konteks politik adalah sesuatu yang  absurd. Artinya, kebenaran politik itu sangat musykil untuk diukur objektivitas dan validitasnya. Kecendrungan ini boleh jadi disebabkan nalar politik yang memproduksi kebenaran itu memang cenderung bersifat  relativistik.
Tentang hal ini, filsuf eksistensialis Prancis, Jean Paul Satre dengan sinis pernah menyebut politik tidak lain adalah sebuah ilmu yang memungkinkan pemiliknya (politisi) dapat menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling benar, sedangkan orang lain salah. Dengan demikian, wajar saja jika kemudian tindakan dan perilaku politik bisa menjadi  “serba benar” atau “serba tidak keliru”, meskipun sebelumnya pandangan umum sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang salah, kontroversial dan irrasional.
Dengan perkataan dari Jean-Paul Sartre tersebut maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kebenaran dalam artian politik sangat lah tidak mutlak. Bahkan kebenaran adalah sesuatu yang selalu dipermainkan di dalam pertarungan politik. Sehingga kebenaran dalam politik biasa diartikan dengan kemenangan argumentasi dalam dirinya sendiri. Hegemoni kebenaran dalam politik memang sangat berpengaruh, apalagi jika kita membawa kepada konteks ke-Indonesa-an. Kita kembali kepada zaman Orde Baru, dimana kebenaran pada saat itu hanya dihegemoni oleh pihak pemerintah. Siapapun yang menentang kebenaran yang disampaikan oleh pemerintah, maka yang terjadi adalah keterkucilan, kesengsaraan, bahkan kematian yang menjemput bagi mu yang mencoba melawan kebenaran politik Orde Baru. Lalu segenap mahasiswa dan rakyat semakin menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, dan pada akhirnya segenap ikhtiar yang dilakukan mahasiswa bersama rakyat bisa mengalami keberhasilan. Itu semua karena kekuatan kebenaran dari Orde Baru sudah dikalahkan dengan kebenaran rakyat, yang pada saat itu dengan massa nya yang selalu mencapai ribuan orang membuat aparat tidak bisa berbuat banyak untuk melawannya. Artinya nilai kekuatan rakyat bisa menandingi nilai kekuatan dari pemerintahan. Ditambah adanya tambahan pressure group (kelompok penekan) di dalam internal pemerintah itu sendiri.
Dengan demikian kita sudah mempunyai gambaran terkait politik kebenaran. Bahwa kebenaran politik tidak akan mudah untuk ditemukan tanpa ada nya ketulusan dan kemurnian dalam retorika dan dialektika yang hendak disampaikan kepada rakyat yang menjadi keterwakilannya. Politik kebenaran tidak lah sama dengan politik pembenaran. Karena politik kebenaran adalah bentuk praksis dari tradisi politik adiluhung (high-politic), sedangkan politik pembenaran adalah bentuk kerendahan seseorang dalam berinteraksi dengan kebenarannya (low-politic). Dimana, politik pembenaran adalah keindahan dalam retorika, namun hati dan jiwanya busuk dengan kepalsuan dan kebohongan.

Ikhtisar
Kita ingat sewaktu Sekolah Menengah Atas, ada yang namanya Teori Seleksi Alam yang digagas oleh Charles Darwin yang memiliki konsep bahwa “Spesies yang berhasil beradaptasi dengan baik akan terus bertahan hidup, sedangkan yang tidak dapat beradaptasi akan punah.”
Mungkin hal tersebut bisa kita masukkan juga dengan arti kekuasaan, yang dimana bahwa seorang atau sekelompok orang yang paling banyak memiliki kekuatan (keilmuan, agama, ekonomi, politik, dan sebagainya) akan lebih bertahan hidup (sejahtera). Sedangkan yang tidak memiliki kekuatan tersebut akan punah (terkucilkan, terisolasi, bahkan mati). Identitas sebuah negara akan dikatakan sebagai negara adidaya (superpower) jikalau ia memiliki kekuatan-kekuatan tersebut. Namun kekuatan tersebut tidak akan cukup untuk menjadi pedoman dan tujuan kita dalam hidup selama ini jika tanpa ditopang keyakinan.
Hasan Al-Bana pernah menjelaskan bahwa : “Pemikiran akan mungkin berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya, bersemangat dalam merealisasikannya, siap beramal dan berkorban demi menjelmakannya.”
Keyakinan dalam artian disini adalah bisa diartikan ideologi, agama, dan keyakinan-keyakinan lainnya yang bisa mengukuhkan jiwanya. Karena tubuh akan bisa rusak dan rapuh, namun jiwa akan tetap abadi bahkan hingga tubuh sudah berada dalam penguburan. Maka, isilah waktu-waktu di dunia ini yang tersisa dengan memperbanyak melakukan pengucapan dan tindakan yang membawa nilai kebenaran. Dan sedikitkan lah nilai kepalsuan dan kebohongan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
“Jika ada seribu orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada seratus orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada sepuluh orang pembela kebenaran, aku tetap ada di barisan itu. Dan jika hanya ada satu orang yang tetap membela kebenaran, maka akulah orangnya.” (Umar bin Khattab)
Semoga

1 komentar:

  1. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Islami Dakwah

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa

    BalasHapus