Oleh : Tiorivaldi
Apa Itu Kesahihan ?
Menjadi pertanyaan yang sangat
fundamental dalam suatu pertanyaan terkait kesahihan atau disebut juga
kebenaran. Apakah jua dengan sesuatu hal yang secara inderawi saja sehingga
kesahihan bisa diperoleh ? Atau kita memerlukan peran akal untuk menyatakan bahwa
ini adalah sebuah kebenaran ? Atau perlu ditimbang kembali kebermanfaatan hal
tersebut sehingga bisa dijustifikasi sebagai validitas tesis ?
Retorika dan dialektika pencarian
kesahihan memang tidak pernah usai. Tak pernah kita memperoleh teropong yang
kesahihannya bisa berlangsung “of all
time”. Pada akhirnya apa yang dianggap sebagai kesahihan adalah sesuatu
yang sedang diterima pada masa tersebut. Hal itu secara relativitas akan
dilahap dengan “the next generation”.
Dahulu yang dijelaskan sebagai kebenaran pada zaman yunani kuno, akan tertelan
dengan zaman abad pertengahan. Yang dianggap kebenaran pada pada zaman abad
pertengahan, jua terlahap pada zaman renaisans (dalam bahasa inggris disebut
renaissance). Begitu seterusnya hingga paling terbaru pada zaman ini yang biasa
disebut zaman kontemporer atau pos-modern.
Memang kita tidak diperkenankan,
bahkan munafik hukumnya jika mengatakan zaman dahulu itu salah. Malah kebenaran
bisa diperoleh secara kontinu karena ada perjalanan ilmu yang diambil dari
historis keilmuan, semisal seperti ilmu al-jabar tidak akan pernah ada jika
sebelumnya tidak pernah ada ilmu perhitungan
(pertambahan-pengurangan-perkalian-pembagian)
Pengetahuan sebagai cara memandang dan
menempuh kebenaran, yang dimiliki oleh manusia ada empat jenis, yaitu :
1. Pengetahuan biasa
Merupakan
pengetahuan yang diperoleh dengan tanpa adanya analisa, intuisi yang panjang
untuk memperolehnya. Pengetahuan ini memberikan jawaban dan argumentasi yang
sama bagi setiap manusia.
Contohnya
:
a) Air digunakan untuk membasahkan obyek,
menghilangkan rasa dahaga
b) Api digunakan untuk membakar atau
memanaskan obyek
2. Pengetahuan ilmu
Jika
di pengetahuan biasa diatas, tidak memerlukan adanya analisa, intuisi untuk
memperoleh nya. Maka pengetahuan ilmu adalah kebalikan dari pengetahuan biasa,
yang memerlukan analisa, penelitian, argumentatif, instuisi sehingga suatu
bidang garap keilmuan bisa dinyatakan sebagai pengetahuan ilmu. Pengetahuan ini
merupakan lanjutan dari pengetahuan biasa.
Contohnya
:
3. Pengetahuan filsafat
Rigid
(kaku) dan cakupan sempit adalah salah satu ciri pembeda antara pengetahuan
ilmu dengan pengetahuan filsafat. Karena filsafat memiliki sifat yang flexible
(longgar) dan cakupan nya lebih luas daripada pengetahuan ilmu. Jika
pengetahuan ilmu pembahasannya lebih menekankan kepada deduksi (hal yang umum
dijadikan khusus), maka pengetahuan filsafat lebih membahas kepada hal-hal yang
induksi (hal yang khusus dijadikan umum)
Contoh
pertanyaan yang mengandung nilai falsafi :
4. Pengetahuan agama
Sejeli
apapun bahkan hingga sampai pada intuitif dalam proses pencarian kebenarannya,
tetap saja pengetahuan tersebut dijustifikasi sebagai kebenaran relatif. Hanya
ada satu pengetahuan di dunia ini yang menampilkan kebenaran mutlak didalamnya,
yaitu pengetahuan agama.
Kenapa
pengetahuan agama dianggap sebagai kebenaran mutlak ?
Karena
pengetahuan ini bersumber dari wahyu yang disampaikan Tuhan melalui
perantaranya sehingga kebenaran yang diperoleh sudah bisa diyakini tanpa perlu
melakukan analisa maupun berfalsafah untuk mencari nilai kebenarannya.
Contohnya
:
Agen Kuasa
Kuasa yang dimaksud disini adalah
kekuatan dalam berwenang atas sesuatu untuk menentukan sesuatu hal (dalam
pembahasan kali ini, yaitu kekuasaan). Kuasa merupakan kemampuan untuk mengatur
orang lainnya. Kuasa bisa berarti otoriter, jika kuasa tersebut hanya digunakan
untuk kenikmatan nya pribadi. Namun, kuasa pun bisa berarti pelayan, jika
kuasanya benar-benar digunakan untuk melayani manusia yang berada di dalam
tanggungannya. Tidak pernah terjadi sebelumnya bahwa ada suatu entitas yang
memiliki masa kekuasaan dan kejayaan yang abadi “....Dan
masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar
mereka mendapat pelajaran)....” (QS. Ali Imran : 140).
Seperti yang
dijelaskan oleh Ibnu Khaldun bahwa adanya siklus atau fase-fase, di mana
peradaban lahir, tumbuh, berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya,
kemudian mengalami kemunduran, hingga akhirnya mengalami keruntuhan sama
sekali. Sama halnya dengan fase kehidupan makhluk hidup, kita beri contoh manusia.
Manusia pada awalnya mengalami kelahiran di dunia, lalu tumbuh dari bayi,
anak-anak, remaja, hingga pada masa puncak nya adalah pemuda (karena pada
masa-masa ini seseorang memiliki waktu klimaksnya pada daya intelektual dan
kekuatan tubuh yang ia miliki). Hingga ketika menjadi tua, tubuhnya mulai
melemah kembali, dan daya ingatnya pun menurun. Dan terakhir mengalami
keruntuhan dalam artian meninggal dunia.
Kesahihan sebagai Alat
Penulis dalam hal ini akan memberi
cakupan pembahasan kepada ketiga bidang, yaitu agama, ekonomi dan politik.
Karena bidang kebenaran ini lah yang biasanya memberikan pengaruh besar dalam
sebuah entitas peradaban. “Kuasa” dalam judul yang penulis buat bermaksud untuk
menjelaskan kekuasaan dan otoritas yang telah diciptakan dengan penggunaan
nilai kebenaran. Ada beberapa dasar atau tolak pemikiran dari penulis sehingga
menjelaskannya menggunakan ketiga bidang tersebut :
a) Tanpa bermaksud untuk bersikap
konservatif, dulu Muhamad Natsir pernah menyatakan: “Islam beribadah itu akan
dibiarkan. Islam berekonomi akan diawasi. Islam berpolitik akan dicabut
seakar-akarnya”
b) Ketiga bidang tersebut yang paling
memberikan dominasi terhadap kekuasan pada suatu negara bahkan pada suatu
planet Bumi. (Hal ini akan coba penulis kumpas tuntas pada pembahasan dari
setiap bidang tersebut)
c) Perang dunia (World War) terjadi
dikarenakan adanya keinginan atau kepentingan untuk menguasai bidang politik
dan ekonomi dengan menggunakan kekuatan militer. Agama pun cukup turut serta
dalam peperangan-peperangan yang terjadi pada masyarakat dunia, seperti perang
salib, perang romawi, dan lain sebagainya. Dan ada kemungkinan besar akan
munculnya perang dunia ketiga disebabkan oleh konflik keagamaan. Mulai pada
saat ini sudah jelas dan terang bagaimana besarnya konflik tersebut.
Agama : Kekuasaan dalam Corak Wahyu
Agama dalam hal ini yang akan saya
paparkan akan lebih condong kepada agama Islam. Dikarenakan ini adalah
keyakinan yang dipegang oleh penulis serta keterbatasan ilmu yang dimilikinya
“Agama dan
kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak bisa
dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, maka yang lain tidak akan berdiri secara
sempurna. Agama adalah pondasi sementara kekuasaan adalah penjaganya. Segala
sesuatu tanpa adanya pondasi akan rusak dan jika tidak dijaga, ia akan hilang” (Imam Al-Ghazali)
Memang benar yang dikatakan oleh Imam
Al-Ghazali bahwa agama tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa adanya security
yang akan selalu menopang berdirinya sebuah agama. Agama islam pun berdiri semakin
berjaya ketika memiliki kekuasaan untuk melakukan protektif terhadap segala
gangguan yang melawannya. Lebih daripada
itu dengan adanya kekuasaan yang besar, agama bisa menampilkan eksistensinya
sebagai kebenaran yang harus dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena
seseorang tidak akan selalu percaya dengan kebenaran yang ada pada agama jika
pada akhirnya ia tersampingkan dengan entitas peradaban yang ada pada saat itu.
Kita akan menjelaskan secara historis kekuasaan agama Islam dalam kontribusinya
menginvestasikan entitas peradaban. (Agama Islam sesungguhnya sudah muncul
sebelum masa kenabian Rasulullah, akan tetapi pada kali ini kita hanya akan
menjelaskan sejarah kekuasaan agama Islam pada masa kenabian Nabi Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wa sallam)
a) Zaman pra kenabian Muhammad
Di
zaman ini, Mekkah adalah tempat yang tersampingkan dalam peradaban. Di saat itu
peradaban berada di tangan Persia dan Romawi sebagai negara adidaya
(superpower).
b) Zaman kenabian Muhammad
Pada
zaman ini (langsung saja meloncat pada Fathu Mekkah), peradaban Mekkah mulai
dipandang, bahkan dianggap akan membahayakan di kemudian harinya. Sehingga
Mekkah mulai menjadi entitas peradaban yang dipandang oleh dunia
c) Zaman Khalifaur Rasyidin
Peradaban
Islam di saat ini sudah banyak menjatuhkan bangsa Persia dan Romawi. Sehingga
Islam hampir menjadi entitas peradaban yang mencapai puncak peradabannya
d) Zaman Daulah Umayyah
Pada
masa ini Islam mengalami masa keemasannya, masa dimana generasi terbaik Islam hidup
bahkan di antara mereka menduduki kursi pemerintahan. Masa ini adalah masa
dimana para sahabat Nabi masih hadir membimbing umat. Masa ini adalah masa
berkumpulnya tiga generasi terbaik; sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in.
e) Zaman Daulah Abbasiyah
Kekuasaan
Islam bukan lagi berada pada teritori yang dimilikinya. Tetapi benar-benar
memberikan kontribusi yang nyata bagi masa depan dunia. Bidang keilmuan sudah
sangat banyak dikaji pada masa ini seperti filsafat, fisika, astronomi, dan
lain sebagainya
f) Zaman Daulah Utsmaniyah
Pada
zaman ini kekuasan Islam tetap berkembang, akan tetapi pada zaman ini pula lah
daulah Islam mulai runtuh dengan hadirnya Mustafa Kemal Attaturk. Mulai lah
pada saat itu Islam tidak lagi menjadi pemimpin dari sebuah entitas peradaban.
Setelah kita mengetahui kekuasaan
agama dalam meraut entitas peradaban. Kita akan sedikit mengulas kebenaran
agama secara substansial. Seperti yang dijelaskan sebelumnya tadi bahwa agama
adalah satu-satunya kebenaran yang bisa dikatakan mutlak, selain dari itu
disebut kebenaran relatif.
Agama dikatakan sebagai kebenaran
mutlak dikarenakan secara empiris, rasional maupun pisau analisa lainnya, agama
yang bersifat metafisika tidak akan bisa diteliti. Namun, kebenaran yang
difirmankan tersebut tanpa pembuktian sudah diyakini kebenarannya bagi pemeluk
agama. Tetapi agama itu selain dikatakan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan
(hubungan vertikal bottom-up) yang telah menciptakan manusia. Agama juga
dikatakan sebagai pedoman hidup (minhajul hayah) dalam sosial-masyarakat
(hubungan horizontal antar makhluk ciptaan-Nya).
Sifat komprehensif (non-sekularisasi)
yang dimiliki oleh agama tersebut dapat dijadikan bahan penelitian juga
terhadap kebenaran mutlak yang dimiliki oleh agama. Dr. Zakir Naik pernah
menjelaskan bahwa di dalam kitab suci Al-Qur’an, substansi di dalamnya sudah
80% terbukti benar. Bukan berarti 20% nya itu salah, tetapi saya mencoba
berprasangka baik bahwa ilmu pengetahuan pada zaman saat ini belum bisa
membuktikan kebenaran yang ada di dalamnya.
Ada beberapa contoh fakta sains yang
membuktikan esensi kebenaran dari kitab suci Al-Qur’an sebagai berikut :
1. Sidik jari manusia
Pada
abad 19 ditemukan metode sidik jari oleh Sir Francis Galton sebagai cara
mengetahui identitas manusia. Digunakannya sidik jari sebagai keperluan
pengenalan kembali identitas seseorang ini, ternyata sudah sejak 14 abad yang
lalu dinyatakan di dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
“Apakah
manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah : 3-4)
Maksud
dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Yang Maha Kuasa bahkan mampu kembali
menyusun jari-jemari seseorang yang berbeda-beda satu sama lainnya
2. Teori Big Bang
Yang
baru ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu ini pun sudah tercetus di dalam
Al-Qur’an yang muncul sejak 14 abad yang lalu. Sekumpulan ilmuwan menjelas
bagaimana jagat raya bisa eksis. Dan mereka menyebutnya dengan Big Bang yang
pada awalnya ada satu nebula utama yang kemudian ada pemisahan sekunder (Big
Bang) yang menciptakan galaksi, bintang-bintang, planet-planet dan bumi dimana
kita hidup. Teori ini ada di dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
“Apakah
orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu berpadu lalu kami
pisahkan keduanya.” (QS. Al-Anbiyya : 30)
3. Segala hal berpasangan
“Allah
telah menciptakan segala sesuatu berpasangan bagi yang kamu ketahui maupun yang
tidak kamu ketahui.” (QS. Yasin : 36)
Manusia,
tumbuhan dan hewan semuanya berpasangan sehingga bisa memproduksi kelahiran
baru. Sekarang ilmu pengetahuan menemukan bahwa bahkan listrik pun berpasangan,
negatif dan positif. Hal itu juga untuk mengukuhkan bahwa hanya Tuhan Yang Maha
Esa, terbebas dari adanya pasangan (tunggal)
Michael H. Hart seorang berkebangsaan
Amerika Serikat, menulis buku fenomenal yang membuat eksistensi nya meningkat
pada milieu (lingkungan) sosial-masyarakat. Buku tersebut diberi judul “The
100” (dalam bahasa indonesia, Seratus Tokoh yang Paling berpengaruh dalam
Sejarah), dengan meletakkan seorang tokoh agama berada pada urutan pertama
yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ekonomi : Pasar Kuasa
Perekonomian merupakan media pemerkuat
kekuasaan. Bahkan tanpa nya kekuasaan akan sangat sulit di peroleh, apalagi
jika kita melihat kondisi dunia pada saat ini. Cina pada saat ini menjadi salah
satu negara terkuat di dunia, dikarenakan cerdasnya dalam bermain pada milieu
ekonomi. Yang menjadi perhatian penulis pada perekonomian dunia adalah terkait
kapitalisme, sehingga penulisan ini akan lebih mengarah kepada kapitalisme.
Kapital di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai modal. Jika kita tambah imbuhan –is diakhir
kata maka artinya menjadi kaum bermodal, orang yang bermodal besar. Lalu dengan
akhiran –isme artinya menjadi sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yg
modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pd modal pribadi
atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas. Untuk
mendapatkan modal tersebut, kapitalisme harus mendapatkan bahan baku dan mesin
terlebih dahulu. Kemudian tenaga kerja yang akan memproduksi bahan baku dengan
mengoperasikan mesin tersebut. Namun memang sangat diprihatinkan bahwa tenaga
kerja (buruh) yang bekerja jerih payah tersebut hanya mendapatkan upah yang
bahkan tidak cukup untuk memperoleh bahan-bahan pokok, seperti sandang, pangan
dan papan. Itu merupakan salah satu siyasat agar para buruh tersebut tidak
dapat lari dari pekerjaan tersebut, karena dibenak mereka akan tertanam, “jika
aku keluar dari pekerjaan ini, lalu bagaimana aku akan makan dan menafkahkan
keluarga ?”. Karena jika pekerja diberikan modal yang cukup tinggi, bukan saja
uang dari pemilik modal akan berkurang, tetapi para pekerja bisa menggunakan
modal tersebut untuk menciptakan usaha baru atau membeli mesin sebagai alat
produksi.
Namun, sebenarnya kapitalisme tidak
memiliki definisi yang universal, maksudnya masih ada perbedaan definisi dalam
mengartikan kata kapitalisme itu sendiri. Ada yang menganggap kapitalisme
adalah pemilik moda serta memperkerjakan buruh, dan ada juga yang hanya
mengartikan kapitalisme. Bahkan ada juga yang disebut kapitalisme negara,
karena sistem ekonomi dimana aktivitas ekonomi komersial (terutama untuk meraih
untung) dipegang oleh negara, sementara alat produksi diorganisir dan diurus
oleh wirausaha bisnis milik negara (termasuk akumulasi kapital, buruh upah, dan
manajemen tersentralisasi). Sehingga dalam pengertian seperti itu kapitalisme
tidak selalu melulu tentang modal individu.
Kapitalisme sifat murninya adalah
perekonomian individu, yang hanya dimiliki oleh setiap-setiap individu.
Sehingga dengan begitu perekonomian hanya akan mengalir pada tataran pribadi manusia,
dan milieu nya tidak memperoleh kesejahteraan dan keadilan. Pada borjuasi
tersebut mendapatkan kesejahteraan dan kekuatan ekonomi dengan adanya pasar
bebas tersebut. Dan pemerintah dalam suatu negeri dalam hal ini, tidak dapat
berbuat banyak untuk ikut turut memperoleh keuntungan. Walaupun jika kita
melakukan pengamatan terhadap hari ini, kapitalis dalam artian pemilik modal
pribadi sudah muncul sebagai bentuk yang sudah diterima oleh masyarakat.
Seperti misalnya toko-toko yang dijalankan oleh banyaknya orang pada saat ini,
dengan modalnya pribadi lewat akun-akun media sosial yang mereka miliki.
Kapitalis dalam hal seperti ini sudah menjadi akulturasi yang menyatu pada
milieunya.
Yang masih menjadi musuh bersama bagi
para penegak keadilan dan kesetaraan etika sosial saat ini, adalah mereka para
pemilik modal yang sekaligus memberikan pengisolasian (pengucilan) terhadap
masyarakat. Tan Malaka merupakan salah satu orang yang paling banyak mengkritik
Kapitalisme yang mempekerjakan buruh dengan gaji yang hanya bisa digunakan
untuk makan dan minum sehari-hari. Makanya Tan Malaka ketika pasca kemerdekaan
Republik Indonesia tetap menyuarakan “Merdeka
100%” dengan persyaratan bagi Tan Malaka adalah 60% saham perusahaan &
modal dan 100% teritorial dimiliki rakyat Indonesia.
Apakah nilai
kebenaran yang bisa diperoleh dengan pasar produksi tersebut ?
Kita mengetahui bahwa setiap orang memandang
kebenaran dan kebaikan yang berbeda-beda. Ada yang memandang kebaikan sebagai
menafkahkan keluarga, membantu sesama, menciptakan kebahagiaan setiap orang,
dan sebagainya. Ada juga yang menetapkan bahwa konsep yang benar terlihat dari
produk-produk praktisnya yang berguna dalam dunia pengalaman (Filsafat madzhab
Pragmatisme). Dengan begitu kapitalisme yang menciptakan produk-produk praktis
yang diperoleh dari mesin merupakan salah satu contoh dalam melakukan kebenaran
bagi madzhab pragmatisme. Karena mereka telah menciptakan sesuatu yang dianggap
benar oleh banyak masyarakat, walaupun kebenaran tersebut dijadikan sebagai
modal pasar. Dans juga jika kita pahami lebih dalam, kebenaran saat ini sudah
diperjualbelikan. Sehingga mereka yang memiliki modal lah yang bisa memegang
kebenaran sekaligus kekuasaan.
Politik Etik
Politik dijelaskan sebagai segala
urusan dan tindakan untuk mengatur ketatanegaraan (seperti sistem pemerintahan,
dasar negara). Sehingga tidak perlu untuk dijelaskan lebih jauh lagi tentang
hubungan kekuasaan dengan politik. Maka, penulis akan memaparkan sedikit
tentang etika dalam politik dengan ditandai nilai kebenarannya
Ikhwal kebenaran dalam konteks politik
adalah sesuatu yang absurd. Artinya,
kebenaran politik itu sangat musykil untuk diukur objektivitas dan
validitasnya. Kecendrungan ini boleh jadi disebabkan nalar politik yang
memproduksi kebenaran itu memang cenderung bersifat relativistik.
Tentang hal ini, filsuf eksistensialis
Prancis, Jean Paul Satre dengan sinis pernah menyebut politik tidak lain adalah
sebuah ilmu yang memungkinkan pemiliknya (politisi) dapat menunjukkan bahwa
dirinyalah yang paling benar, sedangkan orang lain salah. Dengan demikian,
wajar saja jika kemudian tindakan dan perilaku politik bisa menjadi “serba benar” atau “serba tidak keliru”,
meskipun sebelumnya pandangan umum sudah menganggapnya sebagai sesuatu yang
salah, kontroversial dan irrasional.
Dengan perkataan dari Jean-Paul Sartre
tersebut maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kebenaran dalam artian
politik sangat lah tidak mutlak. Bahkan kebenaran adalah sesuatu yang selalu
dipermainkan di dalam pertarungan politik. Sehingga kebenaran dalam politik
biasa diartikan dengan kemenangan argumentasi dalam dirinya sendiri. Hegemoni
kebenaran dalam politik memang sangat berpengaruh, apalagi jika kita membawa
kepada konteks ke-Indonesa-an. Kita kembali kepada zaman Orde Baru, dimana
kebenaran pada saat itu hanya dihegemoni oleh pihak pemerintah. Siapapun yang
menentang kebenaran yang disampaikan oleh pemerintah, maka yang terjadi adalah
keterkucilan, kesengsaraan, bahkan kematian yang menjemput bagi mu yang mencoba
melawan kebenaran politik Orde Baru. Lalu segenap mahasiswa dan rakyat semakin
menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, dan pada
akhirnya segenap ikhtiar yang dilakukan mahasiswa bersama rakyat bisa mengalami
keberhasilan. Itu semua karena kekuatan kebenaran dari Orde Baru sudah
dikalahkan dengan kebenaran rakyat, yang pada saat itu dengan massa nya yang
selalu mencapai ribuan orang membuat aparat tidak bisa berbuat banyak untuk
melawannya. Artinya nilai kekuatan rakyat bisa menandingi nilai kekuatan dari
pemerintahan. Ditambah adanya tambahan pressure group (kelompok penekan) di
dalam internal pemerintah itu sendiri.
Dengan demikian kita sudah mempunyai
gambaran terkait politik kebenaran. Bahwa kebenaran politik tidak akan mudah
untuk ditemukan tanpa ada nya ketulusan dan kemurnian dalam retorika dan
dialektika yang hendak disampaikan kepada rakyat yang menjadi keterwakilannya.
Politik kebenaran tidak lah sama dengan politik pembenaran. Karena politik
kebenaran adalah bentuk praksis dari tradisi politik adiluhung (high-politic),
sedangkan politik pembenaran adalah bentuk kerendahan seseorang dalam
berinteraksi dengan kebenarannya (low-politic). Dimana, politik pembenaran
adalah keindahan dalam retorika, namun hati dan jiwanya busuk dengan kepalsuan
dan kebohongan.
Ikhtisar
Kita ingat sewaktu Sekolah Menengah
Atas, ada yang namanya Teori Seleksi Alam yang digagas oleh Charles Darwin yang
memiliki konsep bahwa
“Spesies yang berhasil beradaptasi dengan
baik akan terus bertahan hidup, sedangkan yang tidak dapat beradaptasi akan
punah.”
Mungkin
hal tersebut bisa kita masukkan juga dengan arti kekuasaan, yang dimana bahwa
seorang atau sekelompok orang yang paling banyak memiliki kekuatan (keilmuan, agama,
ekonomi, politik, dan sebagainya) akan lebih bertahan hidup (sejahtera).
Sedangkan yang tidak memiliki kekuatan tersebut akan punah (terkucilkan,
terisolasi, bahkan mati). Identitas sebuah negara akan dikatakan sebagai negara
adidaya (superpower) jikalau ia memiliki kekuatan-kekuatan tersebut. Namun
kekuatan tersebut tidak akan cukup untuk menjadi pedoman dan tujuan kita dalam
hidup selama ini jika tanpa ditopang keyakinan.
Hasan Al-Bana pernah menjelaskan bahwa : “Pemikiran akan mungkin berhasil diwujudkan
manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya,
bersemangat dalam merealisasikannya, siap beramal dan berkorban demi
menjelmakannya.”
Keyakinan dalam artian disini adalah
bisa diartikan ideologi, agama, dan keyakinan-keyakinan lainnya yang bisa
mengukuhkan jiwanya. Karena tubuh akan bisa rusak dan rapuh, namun jiwa akan
tetap abadi bahkan hingga tubuh sudah berada dalam penguburan. Maka, isilah
waktu-waktu di dunia ini yang tersisa dengan memperbanyak melakukan pengucapan
dan tindakan yang membawa nilai kebenaran. Dan sedikitkan lah nilai kepalsuan
dan kebohongan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.
“Jika ada
seribu orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada seratus
orang yang membela kebenaran, aku berada diantaranya. Jika ada sepuluh orang
pembela kebenaran, aku tetap ada di barisan itu. Dan jika hanya ada satu orang
yang tetap membela kebenaran, maka akulah orangnya.” (Umar bin Khattab)
Semoga
Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
BalasHapusKaos Islami Dakwah
Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa