Basmalah

Basmalah

Rabu, 05 April 2017

Setara Tak Mesti Sama

Oleh : Tiorivaldi

Kata "Setara" itu bisa dimaknakan sama dengan kata "sama" tetapi bisa di kondisi lainnya bisa bermakna yang berbeda
Semisal saya mengatakan warna dinding rumah kita itu biru sekaligus mengatakan warna langit adalah biru maka itu artinya menghasilkan kata "sama". Apa yang menjadi pokok pembahasan kita ( warna) menjadikan hal yang sama yaitu biru

Dan permisalan lainnya, coba kita mencampur warna biru dengan kuning maka hasil yang di dapatkan adalah hijau. Maka itu artinya menghasilkan kata "setara". Karena yang menjadi pokok pembahasannya (warna) itu tidak hal yang sama yaitu biru dan kuning. Tetapi menjadikan warna hijau tadi menggunakan warna dengan kadar yang setara.
Maka, saya definisikan bahwa "Sama" artinya dia dari segi pembahasan itu benar-benar sama. Dan "setara" itu dari segala pembahasan itu ada yang sama dan ada yang tidak. Bayangkan, "Eh, kalian dari keluarga yang sama ya". Artinya, mereka dari kesamaan keluarga (sesuai dengan pembahasann). "Eh, kalian dari keluarga yang setara ya". Artinya, mereka dari keluarga yang berbeda tapi memiliki kedudukan / nilai yang sama.
Lantas ketika kita membahas tentang kesetaraan gender, apakah yang ada di benak anda ? Bagaimana kedudukkan pria dan wanita, apakah setara atau sama ? Masihkah menganggap pria dan wanita harus berada di tempat yang sama ? Juga masihkah menganggap pria dan wanita harus melakukan hal yang sama ? Atau kalian sudah mulai paham maksud dan tujuan dari saya membuat pernyataan atau pendefinisian di atas tadi ?
Kalau masih belum, saya lanjutkan melogikakannya. Dalam sebuah perhitungan, hasil penambahan 4+6 maka akan menghasilkan nilai 10. Tetapi untuk mendapatkan nilai 10 dalam perhitungan penambahan, bisa juga dari 7+3. Itulah sosok pria dan wanita. Mungkin pria adalah 4+6 dan wanita adalah 7+3, tetapi hasil akhirnya mendapatkan nilai yang setara, yaitu 10. Setara itu tak mesti sama, dalam penjelasan tadi itulah perspektif Islam dalam membandingkan antara kaum adam dengan kaum hawa.
Banyak orang-orang saat ini yang mengekang atas apa yang disyariatkan oleh agama yang mulia ini. Tidak sedikit pula orang-orang diantaranya adalah yang menganut agama Islam itu sendiri. Beberapa yang paling sering dikekang adalah kebebasan wanita di luar rumah seperti hijab, bekerja, dan lain-lain. Juga karena kaum adam adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal tersebut tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 34.
Coba bayangkan saja sejenak, ketika anda sedang berada di dalam toko buku. Dan anda menemukan buku yang anda cari tinggal tersisa dua stok lagi. Yang satunya masih tertutup rapat dengan plastiknya, dan yang satunya lagi sudah terbuka plastiknya.  Walau keduanya bisa dikatakan masih bagus tidak ada kecacatan diantara keduanya. Maka pilihan mana yang akan anda ambil ? Pasti fitrah manusia akan memilih yang masih terbungkus dengan plastik. Kenapa begitu ? Karena bagi kita buku tersebut tetap lebih baik dan berharga. Lantas seperti itulah Islam dalam memandang kaum wanita. Wanita yang tertutup dengan jilbab panjangnya dan hanya menyisakan wajah dan telapak tangannya itu akan membuat kaum wanita lebih bagus, lebiih terhormat, dan lebih berharga.
Contoh lainnya, misalkan ada dua orang wanita yang kembar berjalan di tengah-tengah kota di. Wanita pertama menggunakan jilbab syar'i (menyisakan wajah dan telapak tangan) dan wanita yang kedua menggunakan pakaian semisal rok mini, lengan pendek, rambut terurai dan lain sebagainya. Disaat mereka sedang berjalan-jalan ditengah kota dan ada seorang laki-laki penggoda. Maka siapakah yang akan digodanya ? Jelas yang akan digoda adalah wanita yang kedua. Walaupun wanita pertama memiliki kecantikan yang sama atau bahkan lebih cantik lagi daripada yang kedua. Secara fitrah pasti laki-laki akan melirik wanita yang kedua, karena sudah terpampang jelas bagaimana proporsi wanita tersebut. Sedangkan, yang pertama tidak tertampak lekukan tubuhnya kecuali hanya wajahnya saja.
Rasulullah SAW pernah mengibaratkan sosok wanita itu ibarat sebuah piala kaca. Dia bersih, berharga dan cantik ketika dilihat. Dan tidak lah sembarang orang yang bisa memilikinya. Hanyalah para pemenang yang dapat meraih piala kaca tersebut. Tetapi untuk sebatas memandang, setiap pria dapat memandanginya ketika piala kaca tersebut dipampangkan di depan umum. Dan semisal piala kaca tersebut jatuh lalu pecah, maka untuk memperbaikinya kembali piala kaca tersebut, tidak akan bisa diperbaiki seperti awalnya, pasti masih ada sisa-sisa pecahan yang terlihat akibat jatuh tersebut. Maka wanita juga layaknya seperti itu. Para lelaki harus benar-benar menjuarai hatinya ketika hendak ingin mendapatinya. Dan ketika wanita tersebut hancur atau pernah rusak. Maka kerusakan tersebut pun tetap tidak akan bisa kembali dengan normal layaknya tak ada yang terjadi.
Maka begitulah dalam Islam kenapa wanita benar-benar dilindungi, bukanlah karena mengekang hak wanita tersebut.
Untuk permasalahan kepemimpinan yang diambil alih oleh kaum pria itu, saya tidak habis pikir kenapa masih dipersoalkan, karena memang hal ini sudah sangat rasional bahwa hal seperti itu lebih baik. Dan banyak juga orang yang menggunakan kasus ini untuk mengatakan Islam merendahkan wanita, dan ada yang mengatakan juga dalam perspektif Islam kedudukan pria lebih tinggi. Sangat-sangat salah praduga semacam itu. Coba logikakan kembali perhitungan tadi bahwa 6+4 dan 7+3 menghasilkan nilai 10. Jadi maksudnya adalah disisi pertama memang pria bisa lebih tinggi dibanding wanita. Namun, disisi lainnya wanita bisa lebih tinggi dibanding pria. Seperti halnya rumah tangga tadi, dalam hal kepemimpinan pria lebih tinggi kedudukannya dibanding wanita. Tetapi dalam pengasuhan dan pembimbingannya anak, wanita lebih tinggi kedudukannya daripada pria. Maka untuk hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda ketika ada seorang sahabat nabi yaitu Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’anhu  bertanya, “wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Artinya seorang wanita dalam pandangan anak tiga kali lipat lebih tinggi kedudukannya dibanding pria. Jadi bisa kita tangkap, bahwa ada saatnya pria lebih tinggi dan ada saatnya wanita pun lebih tinggi.
Jadi wahai kaum hawa, janganlah merasa Allah tidak adil terhadap apa yang diberikan terhadapmu. Malah justru seharusnya kamilah para kaum adam yang lebih berhak protes terhadap apa yang dibebankan oleh kami. Karena harus berjuang, berjihad, menafkahkan harta kami untuk mendapatkan keridha-an Allah SWT. Dan para wanita hanya dengan melakukan kewajiban selaku istri akan mendapatkan hal yang sama dengan para lelaki.
Suatu ketika Asma’ mendatangi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah yang di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepada anda dan membai’at anda. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum laki-laki dan kami adalah tempat menyalurkan syahwatnya. Kamilah yang mengandung anak-anak mereka. Akan tetapi kaum laki-laki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at, mengantarkan jenazah, dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka dan mendidik anak-anak mereka. Maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya, Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu, bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.”
Maka kembalilah Asma’ sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim)
Itulah gambaran dan penjelasan tentang kesetaraan gender dalam Islam, yang selami ini di kekang-kekang oleh para pembenci Islam. Peradaban barat yang mengonsep pemikiran kesetaraan ini, malah sejatinya lebih merendahkan dan menghinakan kaum wanita. Mereka pampangkan wanita di setiap tempat, media koran, tv, internet dan lain sebagainya. Dan bertujuan untuk menarik minat para kaum lelaki untuk melihatnya. Apakah itu yang dinamakan setara ? Mencoba membebaskan wanita dari keterikatan hak nya ? Tetapi hasil nyata malah berbanding terbalik terhadap apa yang mereka pikirkan itu. Hal tersebut terbukti dari Hasil statistik pemerkosaan tertinggi, itu diperoleh oleh negara-negara barat itu sendiri. Dan yang tertinggi adalah negara Amerika dengan angka pemerkosaan 200 ribu perkosaan setaip tahunnya. Setiap 2 menit terjadi pemerkosaan disana. Saya telah menulis essay ini selama kurang lebih 2 jam, kalau dibandingkan sudah 60 wanita yang telah diperkosa di Amerika saat ini.
Sesungguhnya Islam benar-benar menjunjung tinggi para kaum wanita. Dan hal itu pun terbukti dari hasil statistik, bahwa negara yang paling menggunakan hukum-hukum Islam memperoleh angka pemerkosaan terendah, yaitu Arab Saudi.
Maka, jadilah kalian wahai para kaum hawa. Menjadi seorang yang mulia dengan berpegang dengan agama yang mulia
Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar