Oleh :
Tiorivaldi
Disini saya
akan menyampaikan sedikit kritikan saya terkait aksi refleksi hari bumi yang
dilaksanakan para mahasiswa Universitas Tidar. Sebuah hal yang aneh ketika kita
hendak melancarkan suatu aksi tanpa adanya sebuah pengkajian terlebih dahulu.
saya tidak tahu apakah dari pihak penyelenggara atau penanggung jawab aksi
tersebut telah melakukan kajian terlebih dahulu untuk mendapatkan keputusan
yang menurut peserta diskusi telah mantap. Tetapi, saya disini akan
mengemukakan hasil pengkajian saya, yang akhirnya akan menjadi kritikan
terhadap aksi yang telah berlangsung itu.
Sekilas saya
akan membicarakan dari latar belangkangnya, hari bumi yang ditetapkan pada
tanggal 22 Maret merupakan peringatan untuk menyadarkan masyarakat terkait
tempat yang menjadi tempat tinggalnya makhluk hidup ini. Serta juga, sebagai
tanda apresiasi atas bumi ini sendiri. Hari bumi ini sebenarnya tidak ada
bedanya dengan Hari Lingkungan Hidup yang ditetapkan pada tanggal 5 Juni.
Karena kedua hari ini intinya adalah untuk memberikan kesadaran kepada
masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan yang makin lama saat ini makin
rusak. Hanya satu hal yang benar-benar membedakan kedua hari ini, yaitu sejarah
terbentuknya.
Pada hari
bumi inilah para mahasiswa Universitas Tidar berinisiatif untuk mengadakan aksi
reflesi bumi. Nah, yang menjadi kritikan saya sebenarnya bukan kepada hari bumi
nya. Tetapi apakah benar-benar sudah dikaji terlebih dahulu seperti yang saya
sebutkan diatas tadi ? Jikalau benar, berarti masih perlu ada evaluasi untuk
kedepannya. Inti nya adalah saya mengkritik peserta aksinya. Saya berikan
contoh, seperti misal aksi bela islam 212, 112, dan lain sebagainya. Seperti
apakah peserta-peserta yang turut hadir dalam aksi tersebut ? Mayoritas adalah
seorang muslim yang setidaknya tahu tentang agamanya sendiri. Yang artinya
mereka menjadi peserta aksi karena kesadaran mereka untuk benar-benar membela
apa yang menjadi keyakinan dan pegangannya.
Sekarang
coba kita lihat kembali, siapakah yang menjadi peserta aksi hari bumi tersebut.
Sungguh, sebenarnya ada beberapa orang yang tidak cocok untuk berada dalam aksi
tersebut. Karena hal itu pulalah yang membuat saya tidak mau turut serta dalam
aksi tersebut. Dan yang membuat saya tambah yakin bahwa aksi tersebut cukup
aneh adalah yang berada di barisan terdepan dan menyuarakan dengan toa pada kegiatan tersebut sebenarnya juga tidak benar-benar
sesuai dengan slogan yang mereka bawa. Kenapa saya katakan seperti itu ? Karena
hari bumi berarti mencoba melakukan tindakan pembersihan lingkungan, atau
setidaknya dalam diri mereka sendiri tidak menyimpang dari kata bersih dari
lingkungan itu tadi. Salah satu peserta aksi yang berada didepan yang sempat saya
lihat di jalan tadi adalah seseorang yang tidak pantas untuk dikatakan ia
bersih pada dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Saya berani katakan seperti
itu karena dia adalah seorang pencipta asap. Saya tidak katakan pencipta asap
dalam arti asap dari kendaraan beroda dua atau empat. Tetapi saya katakan, dia
adalah seorang pencipta asap lewat mulutnya dengan sebatang nikotin berada di
tangannya. Iya, benar seperti itu lah kenyataan nya. Mungkin awalnya banyak
orang juga yang tidak sadar terkait hal ini. Tetapi ini tidak bisa dipungkiri
lagi bahwa seorang pencipta asap ini adalah seorang yang mengotori bumi
bukanlah membersihkan bumi. Mana mungkin orang mengatakan "Jangan lah
kotori lingkungan ini" tetapi dia sendiri menyimpan benda yang bisa
mengotori bumi itu berada di saku baju nya sendiri. Ini adalah fenomenal yang
nyata tetapi dibuat ilusi oleh masyarakat saat ini. Sebenarnya apalah yang
menjadi tujuan kita melakukan tindakan turun ke jalan, lalu menyuarakan hal-hal
yang baik tapi kita juga sebagai aktor keburukan itu. Selain seorang yang berada di depan yang tidak pantas untuk berada di dalam aksi tersebut, masih ada
beberapa peserta lainnya yang berada di belakangnya itu juga tidak
pantas untuk menyuarakan kepedulian kita terhadap lingkungan.
Sebenarnya
hal ini juga bisa dikorelasikan dengan surat Al-Ma'idah ayat 51 yang menjadi
sumber akar geramnya para muslimin di Indonesia. Dikarenakan tidak boleh nya
memilih pemimpin non-muslimin saat kita adalah seorang muslim. Ya mana mungkin
seorang kepala daerah akan bisa memuaskan masyarakatnya ketika ia pun tidak
tahu apa yang menjadi keyakinan para muslimin. Sama halnya dengan aksi ini
juga, mana mungkin seorang komando aksi akan bisa mengubah pandangan masyarakat
ketika dia sendiri berbohong atas apa yang diucapkannya sendiri. Aneh toh ? Yo
aneh, kok gitu saja gak sadar. Ingin menciptakan sebuah kesadaran tetapi
dirinya sendiri belum sadar atas apa yang dirinya perbuat. Dan lebih-lebih akan
menjadi sebuah keanehan ketika seseorang menjadi sadar dari seseorang yang
tidak sadar
Maka dari
itu saya meminta untuk kedepannya direncanakan sematang-matangnya. Tidak lah
saya katakan aksi itu buruk. Karena saya sendiri tahu bahwa dengan aksi inilah
salah satu cara mahasiswa berkontribusi dalam mengubah sistem dalam
pemerintahan. Tetapi saya tidak ingin aksi-aksi mahasiswa yang seharusnya memperlihatkan
kecerdasan para mahasiswa, malah dipandang terbalik atau menunjukkan ketidakcerdasan
mahasiswa dalam bertindak\
Wallahu A’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar