Basmalah

Basmalah

Jumat, 21 April 2017

Hari Bumi Kok Gitu

Oleh : Tiorivaldi
 
Disini saya akan menyampaikan sedikit kritikan saya terkait aksi refleksi hari bumi yang dilaksanakan para mahasiswa Universitas Tidar. Sebuah hal yang aneh ketika kita hendak melancarkan suatu aksi tanpa adanya sebuah pengkajian terlebih dahulu. saya tidak tahu apakah dari pihak penyelenggara atau penanggung jawab aksi tersebut telah melakukan kajian terlebih dahulu untuk mendapatkan keputusan yang menurut peserta diskusi telah mantap. Tetapi, saya disini akan mengemukakan hasil pengkajian saya, yang akhirnya akan menjadi kritikan terhadap aksi yang telah berlangsung itu.

Sekilas saya akan membicarakan dari latar belangkangnya, hari bumi yang ditetapkan pada tanggal 22 Maret merupakan peringatan untuk menyadarkan masyarakat terkait tempat yang menjadi tempat tinggalnya makhluk hidup ini. Serta juga, sebagai tanda apresiasi atas bumi ini sendiri. Hari bumi ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan Hari Lingkungan Hidup yang ditetapkan pada tanggal 5 Juni. Karena kedua hari ini intinya adalah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan yang makin lama saat ini makin rusak. Hanya satu hal yang benar-benar membedakan kedua hari ini, yaitu sejarah terbentuknya.
Pada hari bumi inilah para mahasiswa Universitas Tidar berinisiatif untuk mengadakan aksi reflesi bumi. Nah, yang menjadi kritikan saya sebenarnya bukan kepada hari bumi nya. Tetapi apakah benar-benar sudah dikaji terlebih dahulu seperti yang saya sebutkan diatas tadi ? Jikalau benar, berarti masih perlu ada evaluasi untuk kedepannya. Inti nya adalah saya mengkritik peserta aksinya. Saya berikan contoh, seperti misal aksi bela islam 212, 112, dan lain sebagainya. Seperti apakah peserta-peserta yang turut hadir dalam aksi tersebut ? Mayoritas adalah seorang muslim yang setidaknya tahu tentang agamanya sendiri. Yang artinya mereka menjadi peserta aksi karena kesadaran mereka untuk benar-benar membela apa yang menjadi keyakinan dan pegangannya.
Sekarang coba kita lihat kembali, siapakah yang menjadi peserta aksi hari bumi tersebut. Sungguh, sebenarnya ada beberapa orang yang tidak cocok untuk berada dalam aksi tersebut. Karena hal itu pulalah yang membuat saya tidak mau turut serta dalam aksi tersebut. Dan yang membuat saya tambah yakin bahwa aksi tersebut cukup aneh adalah yang berada di barisan terdepan dan menyuarakan dengan toa pada  kegiatan tersebut sebenarnya juga tidak benar-benar sesuai dengan slogan yang mereka bawa. Kenapa saya katakan seperti itu ? Karena hari bumi berarti mencoba melakukan tindakan pembersihan lingkungan, atau setidaknya dalam diri mereka sendiri tidak menyimpang dari kata bersih dari lingkungan itu tadi. Salah satu peserta aksi yang berada didepan yang sempat saya lihat di jalan tadi adalah seseorang yang tidak pantas untuk dikatakan ia bersih pada dirinya sendiri maupun pada lingkungannya. Saya berani katakan seperti itu karena dia adalah seorang pencipta asap. Saya tidak katakan pencipta asap dalam arti asap dari kendaraan beroda dua atau empat. Tetapi saya katakan, dia adalah seorang pencipta asap lewat mulutnya dengan sebatang nikotin berada di tangannya. Iya, benar seperti itu lah kenyataan nya. Mungkin awalnya banyak orang juga yang tidak sadar terkait hal ini. Tetapi ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa seorang pencipta asap ini adalah seorang yang mengotori bumi bukanlah membersihkan bumi. Mana mungkin orang mengatakan "Jangan lah kotori lingkungan ini" tetapi dia sendiri menyimpan benda yang bisa mengotori bumi itu berada di saku baju nya sendiri. Ini adalah fenomenal yang nyata tetapi dibuat ilusi oleh masyarakat saat ini. Sebenarnya apalah yang menjadi tujuan kita melakukan tindakan turun ke jalan, lalu menyuarakan hal-hal yang baik tapi kita juga sebagai aktor keburukan itu. Selain seorang yang berada di depan yang tidak pantas untuk berada di dalam aksi tersebut, masih ada beberapa peserta lainnya yang berada di belakangnya itu juga tidak pantas untuk menyuarakan kepedulian kita terhadap lingkungan.
Sebenarnya hal ini juga bisa dikorelasikan dengan surat Al-Ma'idah ayat 51 yang menjadi sumber akar geramnya para muslimin di Indonesia. Dikarenakan tidak boleh nya memilih pemimpin non-muslimin saat kita adalah seorang muslim. Ya mana mungkin seorang kepala daerah akan bisa memuaskan masyarakatnya ketika ia pun tidak tahu apa yang menjadi keyakinan para muslimin. Sama halnya dengan aksi ini juga, mana mungkin seorang komando aksi akan bisa mengubah pandangan masyarakat ketika dia sendiri berbohong atas apa yang diucapkannya sendiri. Aneh toh ? Yo aneh, kok gitu saja gak sadar. Ingin menciptakan sebuah kesadaran tetapi dirinya sendiri belum sadar atas apa yang dirinya perbuat. Dan lebih-lebih akan menjadi sebuah keanehan ketika seseorang menjadi sadar dari seseorang yang tidak sadar
Maka dari itu saya meminta untuk kedepannya direncanakan sematang-matangnya. Tidak lah saya katakan aksi itu buruk. Karena saya sendiri tahu bahwa dengan aksi inilah salah satu cara mahasiswa berkontribusi dalam mengubah sistem dalam pemerintahan. Tetapi saya tidak ingin aksi-aksi mahasiswa yang seharusnya memperlihatkan kecerdasan para mahasiswa, malah dipandang terbalik atau menunjukkan ketidakcerdasan mahasiswa dalam bertindak\
Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar