Basmalah

Basmalah

Rabu, 11 Oktober 2017

KAMMI Tidak Berkelas Sosial

Oleh : Tiorivaldi


Zaman memang selalu berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Pemikiran-pemikiran ideologi pun mulai berkembang tanpa disadari, namun hal tersebut dapat diketahui dengan analisis perilaku sosial masyarakat. Ideologi yang dulunya dikatakan kapitalisme sekarang berubah menjadi neo-kapitalisme, liberalisme menjadi neo-liberalisme, bahkan mungkin neo-sosialisme sekarang tanpa disadari sudah mulai ada (atau memang saya yang kurang update ya, hehe). Lebih dari itu, pemikiran keagamaan pun mulai ikut di parsialkan oleh sebagian orang seperti islam formalistik, islam substantivik, islam transformatik, islam totalistik, islam realistik, ataupun Islam kiri yang digagas oleh Hassan Hanafi.
Dulu kita mengenal kapitalisme sebagai bentuk kelompok masyarakat yang dibagi menjadi kelas-kelas sosial. Karl Marx, seseorang yang anti dengan kapitalisasi di tengah masyarakat membagi kelas sosial tersebut menjadi dua, yaitu kelas borjuis dan kelas proletariat. Borjuis maksudnya adalah kelas masyarakat yang strata perekonomiannya berada pada tingkat menengah keatas, sedangkan proletariat adalah kelas masyarakat yang strata perekonomiannya berada pada tingkat bawah, atau dalam Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) disebut lapisan sosial yang paling rendah. Di zaman terdahulu pembagian-pembagian seperti ini sangat begitu nampak, bahkan ada suatu pemerintahan negara dengan otoritasnya membagi kelompok-kelompok tersebut. Seperti contohnya Perancis pada abad ke-18 kebawah yang pada saat itu pemerintahan berbentuk monarki yang dipegang oleh raja Louis. Kelompok sosial pada saat itu dibagi menjadi tiga golongan (etats) : etats pertama yaitu pendeta, etats kedua yaitu kaum bangsawan (borjuis), dan sisanya etats ketiga yaitu rakyat biasa Prancis (proletariat). etats ketiga mendapatkan biaya pajak sangat besar, etats kedua mendapatkan biaya pajak lebih rendah dibanding etats ketiga. Dan etats ketiga tidak membayar pajak sama sekali, dalam hal ini para etats ketiga (pendeta) malah mendapatkan tunjangan uang 10% dari total keseluruhan pajak yang dikenakan oleh negara. Namun, pada akhirnya hal tersebut dimenangkan oleh etats ketiga dengan radikalisasinya melakukan kegiatan anarki yang sekarang sering disebut dengan Revolusi Prancis.
Jika kita bercermin dengan keadaan di dunia saat ini, sistem seperti halnya diatas tidak ada lagi di negara manapun tetapi akar dari pemahaman kapitalis masih mengakar dan menyebar dimana-mana. Makanya pada saat ini biasa kita sebut neo-kapitalisme, kapitalis gaya dan model baru. Tidak bisa dipungkiri lagi neo-kapitalisme ini cukup diterima dikalangan masyarakat pada saat ini jika dibandingkan dengan yang terdahulu. Saya akan mencoba untuk mengajak kawan-kawan semua untuk merenungkan beberapa hal berikut :
1. Bagaimana pandangan anda ketika melihat seseorang yang kaya ? Lantas samakah pandangan anda dengan orang-orang miskin ?
2. Bagaimana anda jika melihat seseorang yang lebih muda dari anda ? Lantas samakah anda memandang orang yang lebih tua dari anda ?
3. Bagaimana bentuk penghormatan anda terhadap seorang sarjana, magister ataupun doktoral ? Kalau lulusan sekolah apakah sama seperti lulusan PT ?
Coba pertanyaan tersebut di korelasikan dengan jawaban saya berikut :
1. Orang kaya lebih anda hormati karena punya nama dan kelas di masyarakat, diuntungkan oleh Materi ?
2. Orang tua pun lebih anda percayai perkataannya walaupun salah, Anak muda yang mengatakan kebenaran masih tidak anda terima dan percayai perkataannya ?
3. Lulusan PT lebih anda hormati dibanding lulusan sekolah, tunjangan kehidupan lebih terjamin ?
Baiklah, coba kita lihat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dalam ketiga poin tersebut. Apakah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kaya ? Tidak, beliau shalallahu 'alaihi wasallam orang yang cukup. Apakah beliau shalallahu 'alaihi wasallam memandang beda antara muda dan tua ? Tidak, beliau shalallahu 'alaihi wasallam bahkan pernah menjadikan seorang anak sangat muda menjadi panglima peperangan. Untuk poin yang ketiga, bahkan beliau shalallahu 'alaihi wasallam tidak bisa menulis dan membaca dibanding dengan orang lainnya di zaman beliau shalallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana mungkin anda menghormati Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam jika dalam ketiga poin tersebut anda membedakan pandangan dan perlakuan terhadapnya.
Ideologi kapitalis yang membagi kelas, mau dia berbentuk pra atau pun pasca tetap saja tercela pemikirannya. Saya mengatakan hal ini bukan berarti karena saya mendukung pemahaman sosialis-marxisme. Karena ideologi tersebut pun memiliki pemahaman yang tercela seperti halnya ideologi-ideologi buatan manusia lainnya yang pasti memiliki kelemahan di suatu sisi. Seperti contohnya dialektika materialisme
Dari semua pembahasan tadi, apakah korelasi yang bisa kita sentuhkan kedalam KAMMI. KAMMI bisa kemungkinan kapitalis dalam pemahaman, karena di KAMMI pun masih besar kemungkinan terjadinya perbandingan kelas sosial. Di dalam tubuh organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) ini ada sistem pengkaderan yang membedakan para kader tersebut menjadi tiga tingkatan, yaitu Anggota Biasa (AB) 1, 2, dan 3. AB1 yang diharapkan dan ditujukan memiliki syakhsiyah Islamiyah wal harakiyah (pribadi islami dan pergerakan), AB2 memiliki syakhsiyah da'iyah wal fikriyah (pribadi da'i dan pemikir), dan AB 3 memiliki syakhsiyah qiyadah wal siyasah (pribadi pemimpin dan politisi). Ketiga tingkatan tersebut jangan jadikan sebagai kelas sosial, sehingga anda memandang diri anda yang sudah berstatus AB3 tidak mau mendengarkan perkataan dari AB1 ataupun menganggap pemahaman dan keilmuan anda lebih luas dibanding AB1. Lantas bagaimana jika saya membandingkan kader KAMMI AB3 yang kuliah di PTN dengan kader AB1 yang kuliah di LIPIA ? Sudah jelaskan kader AB1 tersebut memungkinkan lebih luas ilmu keislamannya.
Maka lebih baik jika tidak saling meninggi dan merendahkan yang lainnya dengan embel-embel tingkatan, tetapi saling bersinergi dan bergerak bersama sesuai dengan amanah dan kepribadian yang telah tertulis dalam organisasi KAMMI. Bagi AB1, jadikanlah diri anda berkepribadian yang islami dalam setiap kehidupannya dan bergeraklah dalam setiap hal yang bermanfaat bagimu dan bagi dakwah ini. Bagi AB2, buktikan dan laksanakan diri anda sebagai da'i bagi setiap umat manusia juga sekaligus berpikir bagaimana cara menata dan menumbuhkan nilai-nilai keislaman dalam setiap sisi. Bagi AB3, jalankan dan jiwakan diri anda sepenuhnya sebagai pemimpin yang adil (salah satu 7 golongan yang diberikan naungan, sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam) sekaligus berpolitiklah anda di setiap tempat yang memerlukan perdebatan-perdebatan ilmiah nan suci. Ketiga komponen di dalam KAMMI tersebut sama halnya dengan seseorang yang sedang berkendara, seorang pengemudi bisa diibaratkan sebagai seorang AB3, mesin mobil bisa diibaratkan sebagai seorang AB2, dan komponen-komponen seperti halnya roda, stir mobil, komponen lainnya layaknya sebagai seorang AB1. Tanpa roda, mesin, maupun pengemudi maka mobil tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala selalu menjaga dan menyatukan kita dalam barisan dakwah ini, dan semoga kemenangan dalam Islam akan segera terwujud sebagaimana janji yang Allah subhanahu wa ta'ala tuangkan dalam kitab suci-Nya
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci"
(QS. As-Shaff [61] : 9)

Wallahu 'alam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar