Oleh : Tiorivaldi
Pernahkah kawan-kawan berkeinginan untuk menjadi seorang pemimpin ? Sungguh, jika kawan-kawan sampai saat ini masih merasa ingin atau pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Maka, sungguh semua itu adalah hawa nafsu kawan-kawan.
Pernahkah kawan-kawan berkeinginan untuk menjadi seorang pemimpin ? Sungguh, jika kawan-kawan sampai saat ini masih merasa ingin atau pantas untuk menjadi seorang pemimpin. Maka, sungguh semua itu adalah hawa nafsu kawan-kawan.
Pasti dengan ingin menjadi seorang pemimpin, itu bisa jadi karena ingin terlihat oleh banyak orang. Mungkin tidak semua orang yang punya alasan seperti demikian, akan tetapi kebanyakan orang seperti hal tersebut. Sehingga semuanya itu bukan lah karena keinginan untuk mendapatkan keridha-an Allah SWT, melainkan keinginan hasrat duniawi disebabkan jabatan di dunia tersebut.
Para pemimpin kaum muslimin terdahulu, tidaklah menjadi seorang pemimpin karena keinginan pribadi. Rasulullah SAW tidaklah menginginkan dirinya menjadi seorang pemimpin, tapi karena Rasulullah SAW cukup tahu bahwa dialah yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin umat. Umar bin Khattab yang terkenal sangat kuat dan keras di kalangan masyarakat, merasa lemah dan ketakutan ketika diberikan amanah menjadi seorang pemimpin
Jadi, bukanlah hal yang seharusnya patut disenangi oleh seseorang yang memiliki jabatan sebagai pemimpin. Karena tidaklah mudah untuk berada dibarisan depan kalian. Walaupun tugas inti dari seorang pemimpin hanyalah mengatur dan mengarahkan, tetapi beban yang diterima olehnya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan. Umar bin Abdul Aziz sampai menangis karena dijadikan sebagai khalifah, ia tahu dengan betul bahwa segala kepemimpinannya akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Perkataan berikut saya ambil dari khalifah Abu Bakar RA ketika menjadi seorang khalifah, "Wahai kalian, dengarkanlah aku baik-baik. Ikutilah aku selalu dan kegiatanku. Bantulah aku dengan mendukungku supaya aku bersikap adil dan jujur. Luruskanlah aku ke dalam kebenaran ketika kalian melihatku menyimpang dari kebenaran. Taatilah aku selama aku masih menaati Allah. Janganlah menaatiku ketika kalian melihatku berpaling dari Allah SWT.
Saya berdiri disini saat ini, karena dipilih bukan ingin dipilih
Saya berbicara saat ini, karena hasil musyawarah yang telah lalu
Saya diberi amanah sebagai pemimpin, tapi bukan berarti saya yang terbaik
Saya masihlah seorang manusia, kesalahan adalah hal yang wajar
Saya mendapatkan kebenaran, tidak lain hanya lah dari Allah SWT
Jadi, ati'ullah wa'ati rasul, tetaplah kita bersama-sama saat kalimat tersebut masih dalam jiwa kita
Tapi, jika suatu saat ku melepas kalimat tersebut. Maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk masih bersama denganku
Kita saat ini ibarat seperti mengendarai sebuah motor. Tidaklah akan berjalan motor tersebut tanpa dikendalikan oleh seorang pengendara. Tetapi ingatlah juga saudara-saudaraku, tidak akan dapat dikendarai motor tersebut jika salah satu komponennya itu tidak ada
Maka dari pada itu, saya membutuhkan bantuan kalian semua agar dapat menjalankan sebuah amanah ini.
Para pemimpin kaum muslimin terdahulu, tidaklah menjadi seorang pemimpin karena keinginan pribadi. Rasulullah SAW tidaklah menginginkan dirinya menjadi seorang pemimpin, tapi karena Rasulullah SAW cukup tahu bahwa dialah yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin umat. Umar bin Khattab yang terkenal sangat kuat dan keras di kalangan masyarakat, merasa lemah dan ketakutan ketika diberikan amanah menjadi seorang pemimpin
Jadi, bukanlah hal yang seharusnya patut disenangi oleh seseorang yang memiliki jabatan sebagai pemimpin. Karena tidaklah mudah untuk berada dibarisan depan kalian. Walaupun tugas inti dari seorang pemimpin hanyalah mengatur dan mengarahkan, tetapi beban yang diterima olehnya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap ringan. Umar bin Abdul Aziz sampai menangis karena dijadikan sebagai khalifah, ia tahu dengan betul bahwa segala kepemimpinannya akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT.
Perkataan berikut saya ambil dari khalifah Abu Bakar RA ketika menjadi seorang khalifah, "Wahai kalian, dengarkanlah aku baik-baik. Ikutilah aku selalu dan kegiatanku. Bantulah aku dengan mendukungku supaya aku bersikap adil dan jujur. Luruskanlah aku ke dalam kebenaran ketika kalian melihatku menyimpang dari kebenaran. Taatilah aku selama aku masih menaati Allah. Janganlah menaatiku ketika kalian melihatku berpaling dari Allah SWT.
Saya berdiri disini saat ini, karena dipilih bukan ingin dipilih
Saya berbicara saat ini, karena hasil musyawarah yang telah lalu
Saya diberi amanah sebagai pemimpin, tapi bukan berarti saya yang terbaik
Saya masihlah seorang manusia, kesalahan adalah hal yang wajar
Saya mendapatkan kebenaran, tidak lain hanya lah dari Allah SWT
Jadi, ati'ullah wa'ati rasul, tetaplah kita bersama-sama saat kalimat tersebut masih dalam jiwa kita
Tapi, jika suatu saat ku melepas kalimat tersebut. Maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk masih bersama denganku
Kita saat ini ibarat seperti mengendarai sebuah motor. Tidaklah akan berjalan motor tersebut tanpa dikendalikan oleh seorang pengendara. Tetapi ingatlah juga saudara-saudaraku, tidak akan dapat dikendarai motor tersebut jika salah satu komponennya itu tidak ada
Maka dari pada itu, saya membutuhkan bantuan kalian semua agar dapat menjalankan sebuah amanah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar