Pelatihan berbeda dengan pengembangan. Pelatihan
dilaksanakan untuk menyiapkan calon-calon anggota dalam sebuah kegiatan yang
dilakukan tidak dengan kurun waktu yang lama. Sedangkan, pengembangan dilakukan
tidak hanya sekedar menyiapkan calon-calon, tetapi yang sudah resmi masuk dalam
sebuah kegiatan juga dapat ikut dalam kegiatan pengembangan diri tersebut
Pelatihan ada berbagai jenis, diantaranya pelatihan
yang hanya diadakan satu kali saja, dan tidak ada keberlanjutan dari peserta
melainkan mengadakan pelatihan yang serupa dengan peserta yang berbeda lagi.
Dan ada juga pelatihan yang memiliki tingkatan, pelatihan ini diadakan
berkali-kali dengan peserta yang sama, dan juga setiap tingkatan dalam
pelatihan itu meningkat. Maka akan lebih sulit lagi dan rumit bagi yang
mengadakan pelatihan untuk merancang pelatihan tersebut para peserta itu
sendiri harus semakin meningkatkan kapasitasnya.
Sebuah Daurah (Pelatihan) pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan kepada para peserta. Selain itu juga
dapat mengubah sikap/ perilaku yang semakin mendekati kepada tujuan pelatihan
tersebut dan serta meningkatkan keterampilan peserta sesuai dengan bidang dalam
pelatihan tersebut.
Akan lebih baik lagi jika dalam sebuah pelatihan
para peserta ditujukan untuk meningkatkan ketiga hal tersebut, yaitu
pengetahuan/ pola pikir, sikap/ perilaku, dan keterampilan
1. Pengetahuan
Dalam sebuah pelatihan yang bertujuan meningkatkan
kapasitas pengetahuan/ ilmu para peserta. Ada beberapa metode berbeda para
pemateri dalam memberikan materinya. Ada yang hanya dengan full speaking dari
pemateri (ceramah dari awal sampai akhir). Ada juga dengan cara hanay memberi
tugas dan peserta dituntut mempelajari sendiri. Dan ada pula yang memberi
intruksi kepada para peserta untuk mempelajari sendiri dan lalu dipresentasikan
sesuai hasil pencarian yang didapat. Tapi sebelumnya, perlu disesuaikan dengan
judul materi terlebih dahulu sebelum menentukan metode yang tepat. Misalnya
dalam pemberian materi wawasan keindonesiaan, akan lebih baik jika diberikan
materi penuh. Contoh lainnya, dalam materi Team Building, akan lebih baik jika diberi
intruksi saja, dan para peserta disuruh menelaah sendiri lalu dipresentasikan
setiap kelompok. Atau bisa langsung mencoba dipraktekkan dalam lapangan tentang
bagaimana membangun sebuah tim yang baik dan kompak. Maka sangat perlu
diperhatikan dan menyesukan kembali bagaimana cara yang produktif dalam
memberikan pelatihan.
2. Sikap dan Perilaku
Dalam setiap organisasi keislaman atau yang umum.
Pasti memiliki sebuah peraturan yang perlu dipatuhi oleh para anggota
organisasi tersebut. Maka sebuah organisasi ada yang membuat pelatihan kepada
para calon anggota yang ingin masuk ke dalam sebuah organisasi tersebut. Dalam
sebuah organisasi keislaman, kebanyakan akan memberi peraturan yang sesuai
dengan agama Islam. Itu sangat diperlukan karena sebuah sikap dan perilaku
adalah hal yang paling dapat mencerminkan sebuah organisasi tersebut. Bagaimana
mungkin bisa, sebuah organisasi mengaku sebuah organasasi yang mengatasanamakan
Islam bahkan sampai memberi nama Islam tertera pada nama organisasinya tetapi
tidak mencerminkan sebuah keislaman sama sekali.
Biasanya pelatihan sikap dan perilaku ini tidak
dipisahkan dengan pelatihan pengembangan keilmuan. Dan malah tidak terlihat
seperti benar-benar ada pelatihan sikap ini. Hanya saja semisal di dalam
ruangan diberikan sebuah peraturan-peraturan untuk para peserta yang harus dijalankan.
Maka itu sudah menjadi bagian dari pelatihan sikap dan perilaku yang sekaligus
bisa menjelaskan sedikit tentang cerminan organisasi tersebut. Seperti memberi
jarak antara laki-laki dan perempuan merupakan sudah menjadi aturan
organisasi-organisasi Islam.
3. Keterampilan
Pelatihan merupakan pelatihan yang hampir mirip
dengan pelatihan pengetahuan. Yang menjadi pembeda adalah pelatihan
keterampilan tidak hanya diberi sebuah teori-teori pengetahuan belaka. Tetapi
ada praktek dan arah yang jelas dan juga tidak semua orang bisa mengikuti
pelatihan ini. Misalnya pelatihan musik, maka hanya para penggemar musik saja
yang biasa mengikuti pelatihan ini. Dalam pelatihan alat musik juga teori lebih
sedikit dibanding praktek, dan sudah jelas ilmu yang didapati akan benar-benar
bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan orang lain juga dapat
menikmatinya. Sebuah pelatihan alat musik tadi, orang lain juga dapat
menikmatinya saat kita melakukan sebuah pertunjukkan. Dibanding dengan
pelatihan pengetahuan, tidak semua ilmu yang kita peroleh itu akan benar-benar
bisa kita gunakan pada kehidupan sehari-hari. Lebih condong pelatihan
pengetahuan hanya dapat kita nikmati sendiri, kecuali jika kita melakukan
transfer ilmu kepada orang lainnya.
Ketiga tujuan dari sebuah pelatihan itu, akan lebih
baik lagi jikalau digabung menjadi satu dalam satu pelatihan. Tetapi semakin
banyak tujuan yang dimasukkan kedalam sebuah pelatihan maka perancangan
pelatihan tersebut akan lebih sulit lagi dan membutuhkan tenaga yang lebih
banyak lagi. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan
pelatihan yang mencakupi dari ketiga tujuan tadi yang diharapkan benar-benar
akan terwujud kepada para peserta yang mengikuti.
·
Sejauh mana tujuan dari pelatihan
tersebut. Hal ini perlu diperumuskan terlebih dahulu sebelum menentukan
metode-metode pelatihan yang tepat. Misal para peserta ditujukan untuk menjadi
seorang da’i di masa depan. Maka persiapkan pemateri yang ahli dalam bidang agama
dan dapat memotivasi para peserta.
·
Logistik atau materialistik. Apa-apa
saja yang akan kita gunakan sesuai kebutuhan yang mencukupi. Tidak perlu
terlihat bermegah-megahan tetapi malah kurang bermanfaat.
·
Waktu. Sekiranya dalam sebuah pelatihan
sesaat telah menentukan berapa banyak materi yang akan diberikan. Maka
disesuaikan waktunya. Tidak harus sampai bermalam-malam yang hanya akan
membuahkan hasil yang kurang efektif bagi para peserta. Hal ini yang masih saya
lihat dalam sebuah organisasi yang mencoba meminimalkan hari. Karena pada
dasarnya otak manusia juga memerlukan waktu istirahat, tidak perlu dipaksakan
memasukkan ilmu-ilmu baru dengan cara cepat.
·
Tempat. Lingkungan yang baik juga
meninjau keberlangsungan. Jadi bisa sewaktu-waktu tidak harus selalu pemberian
materi secara indoor (dalam ruangan), bisa juga diselingi dengan mengajak para
peserta untuk ganti tempat di diluar ruangan. Ada juga materi yang cocok untuk
berada diluar ruangan. Seperti ma’rifatullah (Mengenal Allah), dengan langsung
melihat alam para peserta bisa juga sekalian menghayati keindahan ciptaan Allah
SWT.
·
Peserta pelatihan. Dalam menentukan
metode pelatihan perlu diperhatikan juga para pesertanya mulai dari faktor
usia, fisik, kemampuan berpikir, dan lain sebagainya. Peserta yang masih
berusia muda, maka perlu dipandu kembali dan biasanya akan lebih sulit untuk
dipandu dibanding peserta yang sudah dewasa. Jika orang-orang dewasa tidak
perlu banyak diberi arahan karena sejatinya mereka lebih suka dalam
menganilisis sendiri tentang sebuah pembahasan dan permasalahan.
·
Pemateri. Seorang pemateri biasanya
memiliki cara-cara tersendiri dalam membina dan memberi materi. Maka kesesuaian
pemateri juga diperlukan. Carilah pemateri yang benar-benar sesuai dibidangnya
·
Evaluasi Pelatihan. Setelah pelatihan
telah selesai perlu juga dilakukan evaluasi. Agar untuk mengevaluasi apa-apa
saja kekurangan dan kesalahan yang dilakukan selama pelatihan. Jadi agar
sewaktu-waktu saat hendak mengadakan sebuah pelatihan lagi, maka kesalahan-kesalahan
yang dilakukan di waktu dulu tidak terulang kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar