Pemandu/
pementor/ murabbi merupakan salah satu sosok yang menjadi penggerak dalam
keberlangsungan dakwah. Tanpanya banyak orang akan terjerumus kedalam jurang
yang tak satupun orang dapat menolongnya kecuali Allah. Maka disini tugas utama
yang diemban seorang pemandu adalah meluruskan kembali aqidah, akhlak, ibadah
seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Memang terlihat tidak mudah untuk
tetap berada dalam jalan dakwah. Dan juga perlu menggunakan banyak cara dan
teknik dalam mengajak orang untuk tetap dalam jalan dakwah, sesuai kapasitas
dan kepribadian seseorang masing-masing
Ada
beberapa hal yang menurut saya perlu dimiliki oleh seorang pemandu untuk dapat
menghasilkan kader-kader yang produktif :
1. Senantiasa merujuk kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah
Buku
panduan atau pedoman terbaik umat Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Karena segala yang ada dalam Al-Qur’an itu InsyaAllah adalah sebuah kebenaran
mutlak yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia. Dr.
Zakir Naik juga sering berkata dalam ceramahnya, “Al-Qur’an tidak bertolak
belakang dengan sains yang muncul hingga saat ini. Dalam Qur’an sekiranya ada
1000 lebih sains, yang mana 80% sudah terbukti kebenarannya sekarang. Dan saya
berlogika bahwa 20% sisanya juga itu benar, tapi belum terbukti karena
teknologi saat ini yang belum mencapai hal tersebut”. Maka jika hal yang kita
sampaikan kepada orang lain itu ternyata tidak sesuai dengan Al-Qur’an, maka
harus kita benahi lagi dan kemudian menyampaikan yang sesuai dalam Al-Qur’an
dengan mencari pembuktian yang ada. Allah SWT berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusu musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran : 103)
Dari
ayat tersebut kita bisa mengambil makna bahwa Allah memberikan petunjuk
(Al-Qur’an) agar kita bisa menjalin persaudara’an yang sebenar-benarnya.
Persaudaraan yang tidak dilandaskan atas dasar iman hanya akan membuat kita
terjerumus dan tidak akan menyelamatkan di akhirat kelak.
2. Tawadhu Kepada Siapapun
Sifat
Tawadhu atau rendah hati adalah sikap yang merendah tapi tanpa menghinakan diri
sendiri (rendah diri). Maksudnya kita sebagai pemandu tidak boleh merasa diri
kita lebih mulia atau lebih tinggi, karena belum tentu kita yang sebagai
pemandu ini lebih baik akhlaknya ataupun ilmunya dibandingkan dengan orang yang
kita bina sendiri. Layaknya Rasulullah, walaupun beliau adalah utusan yang
langsung diberi wahyu kepada Allah tetapi ia melarang umatnya untuk meninggikan
derajatnya. Karena derajat setiap manusia di bumi sama, yang membedakan adalah
saat kita mempertanggungjawabkan perbuatan di dunia selama ini guna bekal di
akhirat dikemudian hari. Rasulullah SAW setiap diberi kebaikan kepada Allah,
maka beliau akan lebih giat lagi dalam beribadah. Dan permasalahan orang
dizaman sekarang malah merasa lebih mulia/ tinggi jika diberi kelebihan karena
mengganggap dirinya lebih diperhatikan oleh Allah yang Maha Adil
3. Lemah lembut dalam bertutur kata
Sifat
dan perilaku seperti ini juga sangat penting dimiliki oleh seorang pemandu.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad)
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah maha mencintai orang
yang bertawakal” (QS. Ali Imran :159)
Ayat
yang saya kutip diatas sudah sangat jelas sekali bahwa dengan bertutur lemah
lembut, orang-orang akan mau mendekati kita. Saat saya di sekolah dulu ada
seorang guru yang sikapnya keras dan dingin. Saat mata pelajaran guru tesebut
muridnya pasti hanya diam mendengarkan guru tersebut menjelaskan pelajaran
karena takut dibentak atau dimarahi, dan seperti ada sebuah dinding pembatas
yang menghalangi murid-murid untuk dapat mendekati guru tersebut. Di lain sisi
ada guru yang halus dalam berucap, suka bercanda, dan murah senyum. Murid-murid
yang diajar dengannya merasa nyaman dengan guru tersebut, interaksi nya mudah
dan seperti tak ada dinding pembatas antara guru dan murid.
Dari
contoh itu sudah jelas bahwa sikap yang lemah lembut bisa menjadi sebuah faktor
orang-orang disekitar kita tidak mau memutuskan tali silaturhami dengan kita.
Dan sifat ini juga merupakan kepentingan yang harus dimiliki setiap individu
bukannya hanya pemandu saja. Misal ada dokter yang keras dan kasar berbicaranya
kepada pasien, maka dikemudian hari pasien tersebut pasti akan mencari dokter
yang lainnya. Dengan ucapan kita yang lemah lembut, itu akan memperbanyak orang
yang akan mendekati kita, berteman dengan kita, dan mau di bina oleh kita.
4. Berbicara sesuai kenyataan yang ada
(jujur)
Maksud
dari hal tersebut adalah ketika kita diberi pertanyaan kepada seseorang ataupun
dalam menyelesaikan masalah, beritahukan saja sesuai dengan ilmu yang kita
miliki. Artinya kita jangan lah memberi sebuah opini yang belum tentu
kepastiannya (biasa juga disebut logika). Karena setiap orang pasti memiliki
opini dan pola pikir yang berbeda-beda. Dan misalnya bina’an kita memiliki
sesuatu pemikiran yang sangat bertolak belakang dengan yang kita miliki dan
kita tidak memiliki ilmu atau dasar apa yang kita sampaikan kepada mereka. Maka
bisa menimbulkan kurangnya kepercayaan mereka terhadap kita.
Memang
dalam berlogika itu penting, tetapi sebuah logika yang menurut kita nalar bisa
jadi tidak nalar bagi orang lain. Seperti halnya tentang hijab, jika seseorang
berlogika tanpa mengetahui. Dia akan berkata bahwa Islam mengekang kebebasan
wanita dalam kehidupan, karena wanita pasti akan merasa kepanasan di siang hari
jika menggunakan hijab. Tapi jika dia mengetahui ilmunya maka dia akan
mengatakan bahwa hal tersebut adalah terbaik dan demi kepentingan wanita itu
sendiri. Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : Hendaklah
mereka menjulurkan khimarnya (jilbab) ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian
agar supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Al-Ahzab : 59)
Dalam
logika seorang muslim, wanita berjilbab itu agar mereka tidak diganggu oleh
orang-orang yang disekitarnya. Saya ambil contoh, misal di suatu jalanan ada
dua wanita kembar. Wanita yang pertama dia berhijab, menutupi seluruh tubuhnya
kecuali muka dan telapak tangannya. Wanita yang kedua dia menggunakan pakaian
ala barat, baju lengan pendek, rok pendek, dan rambut panjangnya terurai bebas.
Saat diperjalanan mereka bertemu dengan pria yang suka menggoda wanita, lalu
kira-kira siapakah diantara kedua wanita tersebut yang akan digoda oleh pria
tersebut ?
Sudah
jelas sekali bahwa jawabannya pasti pria tersebut akan menggoda wanita yang
kedua. Karena kecantikannya diperlihatkan didepan mata pria tersebut.
Sedangkan, wanita yang kedua menutup seluruh tubuhnya yang dapat menimbulkan
hawa nafsu pria tersebut jadi menggelora
5.
Rela
Berkorban & Sabar
Seorang
pemandu harus rela berkorban menghabiskan sebagian waktunya untuk membina
rekan-rekannya. Karena seorang pemandu sudah memilih jalan dakwah ini. Sudah
jadi konsekuensi yang harus ditanggung oleh seorang pemandu untuk rela berkorban
demi kepentingan orang lain. Pemandu tidak boleh mementingkan diri sendiri,
penyesuaian atau adaptasi juga diperlukan agar seorang pemandu bisa paham
keinginan dan pola pikir rekannya. Selain rela berkorban, sabar juga perlu
dimiliki pemandu. Kita tidak bisa langsung mengubah seseorang menjadi sesuatu
yang kita inginkan. Karena bukan itulah makna kita menjadi pemandu yang
sebenarnya, kita hanya perlu berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada
Rabb-Nya. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang
memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau meneriman petunjuk” (QS. Al-Qashash : 56)
Selama
Allah tidak memberi hidayah kepada orang tersebut, maka tidak akan tergerak
dalam hatinya tersebut. Seorang pemandu jangan langsung berputus asa jika hal
itu terjadi dengannya apalagi sampai merasa Allah tidak adil. Yang benar adalah
Allah menguji kesabaran dan keimanan kita. Seseorang yang sedang malaksanakan
ujian kelulusan Sarjana dibandingkan dengan orang yang sedang melaksanakan
ujian akhir Pasca sarjana. Perbandingannya pasti lebih sulit untuk lulus dalam
ujian akhir Pasca sarjana. Tapi hadiah yang kita dapatkan dari ujian akhir
sarjana dengan pasca sarjana juga berbeda. Lulus ujian sarjana akan memberi
kita gelar S1, tetapi lulus ujian pasca sarjana akan memberi kita gelar yang
jauh lebih tinggi yaitu S2.
Maka
kesimpulan yang dapat diambil bahwa, Allah memberi kita sebuah ujian dan cobaan
untuk meningkatkan derajat dihadapan-Nya. Semakin besar cobaan yang kita
dapatkan, maka semakin tinggi juga derajat yang akan kita peroleh. Jadi kita hanya
perlu selalu berusaha dan berdo’a semaksimal mungkin. Urusan orang yang kita
bina tersebut berubah atau tidak kita serahkan sepenuhnya kepada Allah ,semoga
dikemudian hari Allah memberi hidayah kepada orang tersebut.
6.
Membantu
dan memberi dukungan
Setiap
rekan kita terkena masalah, seorang pemandu wajib untuk membantu meringankan
masalahnya. Tak tahu itu berupa materi, sakit, pikiran, seorang pemandu
disarankan untuk ikut serta menanggung bebannya. Pribadi yang seperti ini bukan
hanya kita lakukan kepada bina’an kita saja, tetapi setiap masyrakat disekitar
kita, siapapun itu perlu untuk diberi bantuan. Dengan kita melakukan hal itu,
bisa jadi orang yang kita bantu itu akan merasa punya hutang budi, lalu
puncaknya dia akan mau kita ajak kedalam jalan dakwah. Lebih tepatnya ini lebih
mirip metode kita dalam Dakwah Fardiyah (mengajak orang ke jalan Dakwah)
Rasulullah
SAW sangat sering menggunakan metode ini dalam mengajak kaum kafir masuk ke
dalam Islam. Seperti membantu membebaskan budak agar jadi merdeka. Lalu budak
itu pasti akan sangat berhutang budi kepada Rasul. Dan akhirnya ia berjuang
bersama Rasulullah dalam menegakkan agama Islam.
Kemudian
setidaknya jika kita tidak mampu dalam membantu menyelesaikan permasalahannya
itu. Kita bisa memberi dukungan dan semangat, agar orang yang punya masalah itu
tetap tawakal dan bersabar dari cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Kita bisa
memberi nasihat dan dukungan kepada orang tersebut seperti memberi beberapa
kalimat yang menggugah hati. Misalnya seperti, memberi sabda Rasulullah yang
berbunyi :
“Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang
menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya
Allah akan mengangkat derajatnya, atau menghapus kesalahannya.” (HR.
Muslim)
Kesimpulan
Seorang pemandu memang dikhususkan
sebagai jalan atau jembatan orang untuk yang ingin menjadi lebih beriman kepada
Allah SWT. Maka memang patut jika pemandu tersebut harus menjadi teladan dan
contoh yang baik untuk bina’annya. Selama sang pemandu atau murabbi tersebut
berakhlakul karimah maka produk yang akan dihasilkan dari pemandu tersebut
tidak akan jauh dari kepribadian pemandunya. Syukur jika bina’annya bisa
melampaui pemandunya sendiri. Maka rantai perjalanan dakwah tidak akan mudah
terputus dan kejayaan yang dicari kaum muslimin akan terwujud kembali.
"Jika pendapatku benar maka itu datangnya dari Allah SWT, dan jika pendapatku salah maka itu dari aku sendiri dan dari setan"
Wallahu'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar