Basmalah

Basmalah

Jumat, 06 Januari 2017

Menjadi penghasil Kader yang Islami

Oleh : Tiorivaldi


Pemandu/ pementor/ murabbi merupakan salah satu sosok yang menjadi penggerak dalam keberlangsungan dakwah. Tanpanya banyak orang akan terjerumus kedalam jurang yang tak satupun orang dapat menolongnya kecuali Allah. Maka disini tugas utama yang diemban seorang pemandu adalah meluruskan kembali aqidah, akhlak, ibadah seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Memang terlihat tidak mudah untuk tetap berada dalam jalan dakwah. Dan juga perlu menggunakan banyak cara dan teknik dalam mengajak orang untuk tetap dalam jalan dakwah, sesuai kapasitas dan kepribadian seseorang masing-masing
Ada beberapa hal yang menurut saya perlu dimiliki oleh seorang pemandu untuk dapat menghasilkan kader-kader yang produktif :
1.  Senantiasa merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
Buku panduan atau pedoman terbaik umat Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Karena segala yang ada dalam Al-Qur’an itu InsyaAllah adalah sebuah kebenaran mutlak yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW untuk seluruh umat manusia. Dr. Zakir Naik juga sering berkata dalam ceramahnya, “Al-Qur’an tidak bertolak belakang dengan sains yang muncul hingga saat ini. Dalam Qur’an sekiranya ada 1000 lebih sains, yang mana 80% sudah terbukti kebenarannya sekarang. Dan saya berlogika bahwa 20% sisanya juga itu benar, tapi belum terbukti karena teknologi saat ini yang belum mencapai hal tersebut”. Maka jika hal yang kita sampaikan kepada orang lain itu ternyata tidak sesuai dengan Al-Qur’an, maka harus kita benahi lagi dan kemudian menyampaikan yang sesuai dalam Al-Qur’an dengan mencari pembuktian yang ada. Allah SWT berfirman :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusu musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali Imran : 103)
Dari ayat tersebut kita bisa mengambil makna bahwa Allah memberikan petunjuk (Al-Qur’an) agar kita bisa menjalin persaudara’an yang sebenar-benarnya. Persaudaraan yang tidak dilandaskan atas dasar iman hanya akan membuat kita terjerumus dan tidak akan menyelamatkan di akhirat kelak.

2.  Tawadhu Kepada Siapapun
Sifat Tawadhu atau rendah hati adalah sikap yang merendah tapi tanpa menghinakan diri sendiri (rendah diri). Maksudnya kita sebagai pemandu tidak boleh merasa diri kita lebih mulia atau lebih tinggi, karena belum tentu kita yang sebagai pemandu ini lebih baik akhlaknya ataupun ilmunya dibandingkan dengan orang yang kita bina sendiri. Layaknya Rasulullah, walaupun beliau adalah utusan yang langsung diberi wahyu kepada Allah tetapi ia melarang umatnya untuk meninggikan derajatnya. Karena derajat setiap manusia di bumi sama, yang membedakan adalah saat kita mempertanggungjawabkan perbuatan di dunia selama ini guna bekal di akhirat dikemudian hari. Rasulullah SAW setiap diberi kebaikan kepada Allah, maka beliau akan lebih giat lagi dalam beribadah. Dan permasalahan orang dizaman sekarang malah merasa lebih mulia/ tinggi jika diberi kelebihan karena mengganggap dirinya lebih diperhatikan oleh Allah yang Maha Adil

3.  Lemah lembut dalam bertutur kata
Sifat dan perilaku seperti ini juga sangat penting dimiliki oleh seorang pemandu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah maha mencintai orang yang bertawakal” (QS. Ali Imran :159)
Ayat yang saya kutip diatas sudah sangat jelas sekali bahwa dengan bertutur lemah lembut, orang-orang akan mau mendekati kita. Saat saya di sekolah dulu ada seorang guru yang sikapnya keras dan dingin. Saat mata pelajaran guru tesebut muridnya pasti hanya diam mendengarkan guru tersebut menjelaskan pelajaran karena takut dibentak atau dimarahi, dan seperti ada sebuah dinding pembatas yang menghalangi murid-murid untuk dapat mendekati guru tersebut. Di lain sisi ada guru yang halus dalam berucap, suka bercanda, dan murah senyum. Murid-murid yang diajar dengannya merasa nyaman dengan guru tersebut, interaksi nya mudah dan seperti tak ada dinding pembatas antara guru dan murid.
Dari contoh itu sudah jelas bahwa sikap yang lemah lembut bisa menjadi sebuah faktor orang-orang disekitar kita tidak mau memutuskan tali silaturhami dengan kita. Dan sifat ini juga merupakan kepentingan yang harus dimiliki setiap individu bukannya hanya pemandu saja. Misal ada dokter yang keras dan kasar berbicaranya kepada pasien, maka dikemudian hari pasien tersebut pasti akan mencari dokter yang lainnya. Dengan ucapan kita yang lemah lembut, itu akan memperbanyak orang yang akan mendekati kita, berteman dengan kita, dan mau di bina oleh kita.

4.  Berbicara sesuai kenyataan yang ada (jujur)
Maksud dari hal tersebut adalah ketika kita diberi pertanyaan kepada seseorang ataupun dalam menyelesaikan masalah, beritahukan saja sesuai dengan ilmu yang kita miliki. Artinya kita jangan lah memberi sebuah opini yang belum tentu kepastiannya (biasa juga disebut logika). Karena setiap orang pasti memiliki opini dan pola pikir yang berbeda-beda. Dan misalnya bina’an kita memiliki sesuatu pemikiran yang sangat bertolak belakang dengan yang kita miliki dan kita tidak memiliki ilmu atau dasar apa yang kita sampaikan kepada mereka. Maka bisa menimbulkan kurangnya kepercayaan mereka terhadap kita.
Memang dalam berlogika itu penting, tetapi sebuah logika yang menurut kita nalar bisa jadi tidak nalar bagi orang lain. Seperti halnya tentang hijab, jika seseorang berlogika tanpa mengetahui. Dia akan berkata bahwa Islam mengekang kebebasan wanita dalam kehidupan, karena wanita pasti akan merasa kepanasan di siang hari jika menggunakan hijab. Tapi jika dia mengetahui ilmunya maka dia akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah terbaik dan demi kepentingan wanita itu sendiri. Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : Hendaklah mereka menjulurkan khimarnya (jilbab) ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian agar supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Ahzab : 59)
Dalam logika seorang muslim, wanita berjilbab itu agar mereka tidak diganggu oleh orang-orang yang disekitarnya. Saya ambil contoh, misal di suatu jalanan ada dua wanita kembar. Wanita yang pertama dia berhijab, menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya. Wanita yang kedua dia menggunakan pakaian ala barat, baju lengan pendek, rok pendek, dan rambut panjangnya terurai bebas. Saat diperjalanan mereka bertemu dengan pria yang suka menggoda wanita, lalu kira-kira siapakah diantara kedua wanita tersebut yang akan digoda oleh pria tersebut ?
Sudah jelas sekali bahwa jawabannya pasti pria tersebut akan menggoda wanita yang kedua. Karena kecantikannya diperlihatkan didepan mata pria tersebut. Sedangkan, wanita yang kedua menutup seluruh tubuhnya yang dapat menimbulkan hawa nafsu pria tersebut jadi menggelora

5.   Rela Berkorban  & Sabar
Seorang pemandu harus rela berkorban menghabiskan sebagian waktunya untuk membina rekan-rekannya. Karena seorang pemandu sudah memilih jalan dakwah ini. Sudah jadi konsekuensi yang harus ditanggung oleh seorang pemandu untuk rela berkorban demi kepentingan orang lain. Pemandu tidak boleh mementingkan diri sendiri, penyesuaian atau adaptasi juga diperlukan agar seorang pemandu bisa paham keinginan dan pola pikir rekannya. Selain rela berkorban, sabar juga perlu dimiliki pemandu. Kita tidak bisa langsung mengubah seseorang menjadi sesuatu yang kita inginkan. Karena bukan itulah makna kita menjadi pemandu yang sebenarnya, kita hanya perlu berusaha untuk mendekatkan dirinya kepada Rabb-Nya. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau meneriman petunjuk” (QS. Al-Qashash : 56)
Selama Allah tidak memberi hidayah kepada orang tersebut, maka tidak akan tergerak dalam hatinya tersebut. Seorang pemandu jangan langsung berputus asa jika hal itu terjadi dengannya apalagi sampai merasa Allah tidak adil. Yang benar adalah Allah menguji kesabaran dan keimanan kita. Seseorang yang sedang malaksanakan ujian kelulusan Sarjana dibandingkan dengan orang yang sedang melaksanakan ujian akhir Pasca sarjana. Perbandingannya pasti lebih sulit untuk lulus dalam ujian akhir Pasca sarjana. Tapi hadiah yang kita dapatkan dari ujian akhir sarjana dengan pasca sarjana juga berbeda. Lulus ujian sarjana akan memberi kita gelar S1, tetapi lulus ujian pasca sarjana akan memberi kita gelar yang jauh lebih tinggi yaitu S2.
Maka kesimpulan yang dapat diambil bahwa, Allah memberi kita sebuah ujian dan cobaan untuk meningkatkan derajat dihadapan-Nya. Semakin besar cobaan yang kita dapatkan, maka semakin tinggi juga derajat yang akan kita peroleh. Jadi kita hanya perlu selalu berusaha dan berdo’a semaksimal mungkin. Urusan orang yang kita bina tersebut berubah atau tidak kita serahkan sepenuhnya kepada Allah ,semoga dikemudian hari Allah memberi hidayah kepada orang tersebut.

6.   Membantu dan memberi dukungan
Setiap rekan kita terkena masalah, seorang pemandu wajib untuk membantu meringankan masalahnya. Tak tahu itu berupa materi, sakit, pikiran, seorang pemandu disarankan untuk ikut serta menanggung bebannya. Pribadi yang seperti ini bukan hanya kita lakukan kepada bina’an kita saja, tetapi setiap masyrakat disekitar kita, siapapun itu perlu untuk diberi bantuan. Dengan kita melakukan hal itu, bisa jadi orang yang kita bantu itu akan merasa punya hutang budi, lalu puncaknya dia akan mau kita ajak kedalam jalan dakwah. Lebih tepatnya ini lebih mirip metode kita dalam Dakwah Fardiyah (mengajak orang ke jalan Dakwah)
Rasulullah SAW sangat sering menggunakan metode ini dalam mengajak kaum kafir masuk ke dalam Islam. Seperti membantu membebaskan budak agar jadi merdeka. Lalu budak itu pasti akan sangat berhutang budi kepada Rasul. Dan akhirnya ia berjuang bersama Rasulullah dalam menegakkan agama Islam.
Kemudian setidaknya jika kita tidak mampu dalam membantu menyelesaikan permasalahannya itu. Kita bisa memberi dukungan dan semangat, agar orang yang punya masalah itu tetap tawakal dan bersabar dari cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Kita bisa memberi nasihat dan dukungan kepada orang tersebut seperti memberi beberapa kalimat yang menggugah hati. Misalnya seperti, memberi sabda Rasulullah yang berbunyi :
“Tidak ada satupun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya, atau menghapus kesalahannya.” (HR. Muslim)

Kesimpulan
            Seorang pemandu memang dikhususkan sebagai jalan atau jembatan orang untuk yang ingin menjadi lebih beriman kepada Allah SWT. Maka memang patut jika pemandu tersebut harus menjadi teladan dan contoh yang baik untuk bina’annya. Selama sang pemandu atau murabbi tersebut berakhlakul karimah maka produk yang akan dihasilkan dari pemandu tersebut tidak akan jauh dari kepribadian pemandunya. Syukur jika bina’annya bisa melampaui pemandunya sendiri. Maka rantai perjalanan dakwah tidak akan mudah terputus dan kejayaan yang dicari kaum muslimin akan terwujud kembali.

"Jika pendapatku benar maka itu datangnya dari Allah SWT, dan jika pendapatku salah maka itu dari aku sendiri dan dari setan"

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar